Judul : Warrior Baek Dong Soo Episode : 01 | 02 | 03 | 04 | 05 | 06 | 07 | 08 | 09 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | |
Episode 03
Yeo Un pergi untuk membunuh ayahnya, Yeo Cho Sang, seperti yang diminta oleh Hoksa Chorong. Dia pulang ke rumahnya, menemui ayahnya kemudian bertarung. Pada akhirnya Yeo Un tidak mampu membunuh ayahnya, karena masih ada setitik perasaan yang menghalanginya. Cho Sang balik akan membunuh anaknya, tapi Chun yang mengawasi dari tempat tersembunyi, melemparkan sebuah pisau pada punggung Cho Sang. Cho Sang menggenggam tangan Yeo Un yang memegang pisau dan menusukkannya ke tubuhnya sendiri, dan memberitahu anaknya bahwa dirinya harus menjadi yang pertama dan terakhir mati di tangan anaknya itu. Un terkejut dan berteriak memanggil-manggil ayahnya, menangisi kematiannya.
Dong Soo terperangkap dalam gudang yang terbakar bersama dengan Jin Ju, tapi Sa Mo, yang diberitahu kalau Dong Soo ada di dalam, segera berlari masuk untuk menyelamatkan mereka berdua. Dia mengangkat balok kayu dan memerintahkan mereka untuk segera keluar. Dong Soo segera menarik Jin Ju untuk keluar dari gudang yang terbakar itu. Mereka berdua berhasil keluar tak lama sebelum gudang itu mulai runtuh. Dong Soo berteriak memanggil-manggil Sa Mo dan menangisinya, mengira Sa Mo mati dalam gudang terbakar yang runtuh itu karena menyelamatkan dirinya.
Tapi ternyata Sa Mo berhasil meloloskan diri dari arah lain tepat pada waktunya. Sa Mo menemui Dong Soo yang berlutut menangisi “kematiannya”, Dong Soo menengadah saat Sa Mo memanggilnya dan sangat senang sehingga memeluk Sa Mo.
Tak lama kemudian keduanya sama-sama terkejut saat menyadari kalau Dong Soo dapat menggunakan lengannya secara normal seperti orang umumnya, jadi ternyata ada hikmah di balik bencana ini, dan inilah permulaan dialog (bisa juga dibilang candaan) mengenai Dong Soo yang mengatakan apa yang benar-benar ia takuti di dunia ini, kali ini adalah Sa Mo mati dan ia menjadi sebatangkara.
Dong Soo berlari seperti kuda liar yang baru dilepaskan kembali ke alam bebas, menendang ke sana kemari bahkan berlompatan, salto dan berjungkir balik, sangat gembira karena dapat bergerak dengan bebas …..
Di lain tempat, Un mendapat mimpi buruk mengenai kematian ayahnya. Ketika ia bangun, kelihatannya Un tidak mengingat kejadian sebelumnya, hanya ingat kalau ia seharusnya melakukan ujian yang terakhir, yakni membunuh ayahnya sendiri. Chun memberitahunya kalau tidak ada ujian seperti itu karena ayahnya sudah mati. Ketika Un mendesaknya untuk mengetahui siapa yang membunuh ayahnya, Chun memberitahu kalau pembunuh itu adalah seseorang yang lebih hebat daripada Un, dan akan memberitahunya jika waktunya tiba.
Dalam suatu rumah bangsawan, seorang anak gadis, Yoo Ji Sun, sedang berhadapan dengan ayahnya, yang memberitahunya sebuah rahasia besar dari keluarga mereka. Kakek buyutnya dulu adalah seorang pengawal pribadi dari Pangeran Joseon yang menjadi sandera di Tiongkok, seratus tahun sebelumnya dan dipercayakan dengan sebuah Rencana. Ji Sun diberitahu kalau Rencana itu akan memperlancar pasukan dari Joseon langsung menyerang ke Tiongkok, terus ke Beijing.
Di lain tempat, Tuan Hong, yang mana sedang merencanakan untuk mencari buku legenda tersebut dengan bawahannya. Mereka tidak mempercayai keberadaannya, atau kalaupun ada tidak mungkin ada gunanya karena sudah 100 tahun berlalu. Tuan Hong memberitahu mereka kalau sedikit saja yang berubah dalam kondisi geografis di Joseon selama 100 tahun kecuali daerah sekitar ibu kota, juga menyebut bawahannya bodoh dan tolol karena menganggap itu tidak berguna.
Kembali ke kediaman keluarga Yoo, di mana Ji Sun diberitahu kalau Raja Hyojong meninggalkan instruksi untuk keturunannya, tapi Rencana itu sendiri diserahkan pada keluarga Yoo untuk dilindungi dan dijaga. Setengah koin ditunjukkan pada Ji Sun, sebagai bukti keberadaan dari Rencana dan perjanjian itu. Sekarang adalah takdir dan tanggungjawab dari Ji Sun untuk melindungi Rencana itu dan melayani keluarga Raja.
Pangeran Mahkota memiliki setengah lagi dari koin tersebut, dan mengetahui kalau buku legenda itu benar-benar ada, mulai membuat rencananya sendiri. Dan kebanyakan idenya adalah melatih sekumpulan petarung tangguh, dengan cara mencari para remaja lelaki di antara mereka yang miskin dan yatim piatu kemudian mengasuh mereka. Dia mengirimkan pengawal kepercayaannya, In Soo Woong untuk menemui Sa Mo dan memintanya untuk memulai proyek ambisius ini.
Sementara itu, masi di Tiongkok, Gwang Taek sedang mempelajari ilmu bertarung di Kuil (? -Shao Lin- ?) dan mulai menguji keahliannya. Ia bertarung dengan para biksu di Kuil tersebut. Pertama, ia berhasil mengalahkan satu biksu, kemudian mulai melawan 3 biksu dan kalah, tapi tetap belajar dan mencatat apa yang telah ia pelajari dari pertarungan tersebut.
Dong Soo masih bermain seperti seorang yang baru saja terbebas, ketika Sa Mo memberitahunya kalau mereka harus menemui tabib untuk memastikan kalau ia baik-baik saja. Dong Soo kemudian ternyata masih harus memakai bilah-bilah bambu itu untuk beberapa waktu sampi ia benar-benar sembuh, untuk amannya daripada menyesal nanti. Sa Mo mengajaknya keluar untuk mengunjungi makam orangtuanya untuk pertama kalinya, dan memberitahukan kalau mereka mati sebagai pengkhianat negara, jadi setelah ia tumbuh dewasa, ia harus membersihkan nama mereka dan memasang batu nisan di makamnya.
Dong Soo dikerjai lagi oleh anak-anak sebayanya, tapi kali ini ia melawan dan memukuli pemimpin anak-anak itu. Tak dinyana ternyata pimpinan anak-anak itu, walaupun badannya lebih besar, adalah seorang pengecut, ia menyerah dengan segera. Jin Ju sangat senang melihat Dong Soo melakukannya dengan sangat baik.
Sa Mo keluar menuju ke rumah Yeo Cho Sang untuk menghubunginya, tapi menemui seisi rumahnya kosong dan ada jejak darah di sana. Dia pergi ke gunung di mana Un sedang duduk di samping makam ayahnya. Un tampak terkejut ketika melihat ternyata masih ada seseorang yang bersedih atas kematian ayahnya, dan sementara Un ingin tahu siapa Sa Mo sebenarnya, Sa Mo juga ingin tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.
Mengikuti perintah dari Chun sebelumnya, Un memberi Sa Mo sebuah baju dengan tanda Hoksa Chorong dan memberitahu Sa Mo kalau baju itu ia temukan di samping tubuh ayahnya. Dan, masih mengikuti perintah, Un bertanya pada Sa Mo apa yang seharusnya ia lakukan, dan Sa Mo menawari Un untuk ikut padanya. Ini memang yang ditunggu oleh Un sehingga ia segera saja setuju untuk ikut pada Sa Mo pulang ke tempat tinggalnya.
Kedatangan Un menyebabkan sedikit perselisihan di rumah Sa Mo. Dong Soo merasa terpinggirkan, tapi tampak terpesona dengan Un yang berlatih pedang, meminta Sa Mo apakah ia dapat berlatih tanding dengan Un. Sa Mo menolaknya dan memberitahu kalau Un jauh lebih baik daripada dirinya dalam ilmu pedang.
Di markas Hoksa Chorong, Chun sudah duduk selama 5 hari, berpikir tentang masa lalu dan sebagian mengenai Gwang Taek, mengenai pertarungan mereka (episode 1). Sementara itu Gwang Taek masih di Tiongkok, sedang belajar.
Dong Soo memancing Un pergi ke mana ia telah memasang perangkap, dan menantangnya untuk bertarung. Un bukanlah seorang yang bodoh dan juga petarung yang lebih andal, sehingga menjadi “senjata makan tuan”, perangkap yang sedianya untuk Un justru menjerat dirinya sendiri, tergantung dengan kepala terbalik di sebuah pohon. Dong Soo meminta Un untuk melepaskannya, tapi Un tersenyum (?-sinis atau geli-?) tidak menggubrisnya dan pergi meninggalkan Dong Soo tetap tergantung. Dong Soo kelabakan dan sangat bingung, berusaha melepaskan dirinya sendiri tapi tetap saja tidak bisa.
Pada saat itu Ji Sun sedang berjalan-jalan, masih dalam pemikiran mengenai takdirnya dengan keluarga Raja. Dong Soo melihatnya dan segera memanggilnya, memohon padanya untuk membantu menurunkannya dari pohon, tapi Ji Sun hanya menatapnya sebentar kemudian pergi tanpa berkata apapun.
Setelah itu, Un dan Dong Soo dimarahi oleh Sa Mo. Dong Soo mengatakan kalau ia akan mempelajari segala macam ilmu bertarung selama itu bisa digunakan untuk mengalahkan Un. Sa Mo memberitahunya kalau pelatihan semacam itu sangat berat, dan kebanyakan orang akan mati sebelum mereka benar-benar berlatih, dan mereka yang berhasil akhrinya menghabiskan sisa hidup mereka dengan menumpahkan darah dan menyaksikan darah tertumpah. Un sedikit menyindirnya dan Sa Mo bertanya apakah Dong Soo benar-benar ingin berlatih. Sa Mo meninggalkan keduanya sejenak, dan Un memberitahu Dong soo kalau ia tidaklah sejelek itu karena berhasil keluar dari perangkap. Dong Soo membual tentang dirinya sendiri tapi Jin Ju muncul dan membuka rahasianya, mengingatkan Dong soo kalau dia lah yang melepaskannya dari perangkap itu. Dong Soo kelabakan. Un tersenyum geli.
Sementara itu, Dae Pyo telah kembali dan sedang mengumpulkan berbagai macam remaja berbakat untuk menjadi petarung, mulai dari seorang remaja pencuri yang memiliki gerakan tangan dan kaki yang sangat cepat. Kemudian seorang remaja yang ahli dalam melempar umban. Tak sengaja ia kemudian bertemu dengan Sa Mo di kota dan mereka berdua sangat gembira karena bertemu satu sama lain. Mereka kemudian merekrut seorang remaja berkacamata, Cho Rip, yang kelihatannya lemah dalam fisiknya tapi sangat jenius dalam membuat peralatan.(Kayaknya dia ini ntar yang jadi peracik taktik dan pembuat peralatan … koreksi jika ntar salah ya)
Waktunya untuk latihan fisik bagi Dong Soo! Sementara Un mendapatkan latihan pedang, Dong Soo harus menahan dua ember berisi bebatuan. Latihan kekuatan secara sederhana, tapi ini membuatnya justru tdak semakin suka dengan Un. Ketika Dong Soo mengeluh pada Sa Mo, yang didapatnya justru waktu latihannya dilipat dua. Ketika ia mengeluh lebih lagi, Sa Mo mengatakan kalau ia orang yang gampang putus asa jika menyerah begitu mudahnya.
Sementara Dong Soo sibuk mengeluh, Sa Mo mengisahkan pada mereka berdua mengenai 5 kawan yang telah bersumpah hidup semati bersama-sama: Gwang Taek, Yeo Cho Sang (ayah Un), Baek Sa King (ayah Dong Soo), Dae Pyo, dan Sa Mo menjadi saudara sedarah. Kemudian Sa King mati, dan selanjutnya Cho Sang, dan tidak tahu apakah Gwang Taek masih hidup atau tidak. Dia memberitahu mereka berdua kalau ini adalah waktunya bagi mereka untuk menjadi lebih kuat daripada ayah mereka dan mewujudkan impian ayah mereka.
Sementara itu, masi di Tiongkok, Gwang Taek sedang mempelajari ilmu bertarung di Kuil (? -Shao Lin- ?) dan mulai menguji keahliannya. Ia bertarung dengan para biksu di Kuil tersebut. Pertama, ia berhasil mengalahkan satu biksu, kemudian mulai melawan 3 biksu dan kalah, tapi tetap belajar dan mencatat apa yang telah ia pelajari dari pertarungan tersebut.
Dong Soo masih bermain seperti seorang yang baru saja terbebas, ketika Sa Mo memberitahunya kalau mereka harus menemui tabib untuk memastikan kalau ia baik-baik saja. Dong Soo kemudian ternyata masih harus memakai bilah-bilah bambu itu untuk beberapa waktu sampi ia benar-benar sembuh, untuk amannya daripada menyesal nanti. Sa Mo mengajaknya keluar untuk mengunjungi makam orangtuanya untuk pertama kalinya, dan memberitahukan kalau mereka mati sebagai pengkhianat negara, jadi setelah ia tumbuh dewasa, ia harus membersihkan nama mereka dan memasang batu nisan di makamnya.
Dong Soo dikerjai lagi oleh anak-anak sebayanya, tapi kali ini ia melawan dan memukuli pemimpin anak-anak itu. Tak dinyana ternyata pimpinan anak-anak itu, walaupun badannya lebih besar, adalah seorang pengecut, ia menyerah dengan segera. Jin Ju sangat senang melihat Dong Soo melakukannya dengan sangat baik.
Sa Mo keluar menuju ke rumah Yeo Cho Sang untuk menghubunginya, tapi menemui seisi rumahnya kosong dan ada jejak darah di sana. Dia pergi ke gunung di mana Un sedang duduk di samping makam ayahnya. Un tampak terkejut ketika melihat ternyata masih ada seseorang yang bersedih atas kematian ayahnya, dan sementara Un ingin tahu siapa Sa Mo sebenarnya, Sa Mo juga ingin tahu apa sebenarnya yang telah terjadi.
Mengikuti perintah dari Chun sebelumnya, Un memberi Sa Mo sebuah baju dengan tanda Hoksa Chorong dan memberitahu Sa Mo kalau baju itu ia temukan di samping tubuh ayahnya. Dan, masih mengikuti perintah, Un bertanya pada Sa Mo apa yang seharusnya ia lakukan, dan Sa Mo menawari Un untuk ikut padanya. Ini memang yang ditunggu oleh Un sehingga ia segera saja setuju untuk ikut pada Sa Mo pulang ke tempat tinggalnya.
Kedatangan Un menyebabkan sedikit perselisihan di rumah Sa Mo. Dong Soo merasa terpinggirkan, tapi tampak terpesona dengan Un yang berlatih pedang, meminta Sa Mo apakah ia dapat berlatih tanding dengan Un. Sa Mo menolaknya dan memberitahu kalau Un jauh lebih baik daripada dirinya dalam ilmu pedang.
Di markas Hoksa Chorong, Chun sudah duduk selama 5 hari, berpikir tentang masa lalu dan sebagian mengenai Gwang Taek, mengenai pertarungan mereka (episode 1). Sementara itu Gwang Taek masih di Tiongkok, sedang belajar.
Dong Soo memancing Un pergi ke mana ia telah memasang perangkap, dan menantangnya untuk bertarung. Un bukanlah seorang yang bodoh dan juga petarung yang lebih andal, sehingga menjadi “senjata makan tuan”, perangkap yang sedianya untuk Un justru menjerat dirinya sendiri, tergantung dengan kepala terbalik di sebuah pohon. Dong Soo meminta Un untuk melepaskannya, tapi Un tersenyum (?-sinis atau geli-?) tidak menggubrisnya dan pergi meninggalkan Dong Soo tetap tergantung. Dong Soo kelabakan dan sangat bingung, berusaha melepaskan dirinya sendiri tapi tetap saja tidak bisa.
Pada saat itu Ji Sun sedang berjalan-jalan, masih dalam pemikiran mengenai takdirnya dengan keluarga Raja. Dong Soo melihatnya dan segera memanggilnya, memohon padanya untuk membantu menurunkannya dari pohon, tapi Ji Sun hanya menatapnya sebentar kemudian pergi tanpa berkata apapun.
Setelah itu, Un dan Dong Soo dimarahi oleh Sa Mo. Dong Soo mengatakan kalau ia akan mempelajari segala macam ilmu bertarung selama itu bisa digunakan untuk mengalahkan Un. Sa Mo memberitahunya kalau pelatihan semacam itu sangat berat, dan kebanyakan orang akan mati sebelum mereka benar-benar berlatih, dan mereka yang berhasil akhrinya menghabiskan sisa hidup mereka dengan menumpahkan darah dan menyaksikan darah tertumpah. Un sedikit menyindirnya dan Sa Mo bertanya apakah Dong Soo benar-benar ingin berlatih. Sa Mo meninggalkan keduanya sejenak, dan Un memberitahu Dong soo kalau ia tidaklah sejelek itu karena berhasil keluar dari perangkap. Dong Soo membual tentang dirinya sendiri tapi Jin Ju muncul dan membuka rahasianya, mengingatkan Dong soo kalau dia lah yang melepaskannya dari perangkap itu. Dong Soo kelabakan. Un tersenyum geli.
Sementara itu, Dae Pyo telah kembali dan sedang mengumpulkan berbagai macam remaja berbakat untuk menjadi petarung, mulai dari seorang remaja pencuri yang memiliki gerakan tangan dan kaki yang sangat cepat. Kemudian seorang remaja yang ahli dalam melempar umban. Tak sengaja ia kemudian bertemu dengan Sa Mo di kota dan mereka berdua sangat gembira karena bertemu satu sama lain. Mereka kemudian merekrut seorang remaja berkacamata, Cho Rip, yang kelihatannya lemah dalam fisiknya tapi sangat jenius dalam membuat peralatan.(Kayaknya dia ini ntar yang jadi peracik taktik dan pembuat peralatan … koreksi jika ntar salah ya)
Waktunya untuk latihan fisik bagi Dong Soo! Sementara Un mendapatkan latihan pedang, Dong Soo harus menahan dua ember berisi bebatuan. Latihan kekuatan secara sederhana, tapi ini membuatnya justru tdak semakin suka dengan Un. Ketika Dong Soo mengeluh pada Sa Mo, yang didapatnya justru waktu latihannya dilipat dua. Ketika ia mengeluh lebih lagi, Sa Mo mengatakan kalau ia orang yang gampang putus asa jika menyerah begitu mudahnya.
Sementara Dong Soo sibuk mengeluh, Sa Mo mengisahkan pada mereka berdua mengenai 5 kawan yang telah bersumpah hidup semati bersama-sama: Gwang Taek, Yeo Cho Sang (ayah Un), Baek Sa King (ayah Dong Soo), Dae Pyo, dan Sa Mo menjadi saudara sedarah. Kemudian Sa King mati, dan selanjutnya Cho Sang, dan tidak tahu apakah Gwang Taek masih hidup atau tidak. Dia memberitahu mereka berdua kalau ini adalah waktunya bagi mereka untuk menjadi lebih kuat daripada ayah mereka dan mewujudkan impian ayah mereka.
Hwang Jin Ki datang untuk mengajak Jin Ju pulang dan mengambil keuntungan dari penjualan barang-barangnya. Dong Soo dan Un sedang di luar, mulai bisa menerima satu sama lain, tapi ketika mereka berdua mau menjadi teman, Jin Ju datang memberitahu mereka kalau mereka seharusnya menjadi teman. Dong Soo menjadi angkuh hati dan mengatakan kalau dia tidak berteman dengan sembarang orang, kemudian pergi meninggalkan Un yang lebih suka sendirian, tapi merasa tersinggung karena perkataan Dong Soo.Jin Ki menemui anaknya dan memberitahu kalau mereka akan segera pergi, Jin Ju tampak terkejut dan berat hati. Ayahnya menggodanya, bertanya apa ia mulai naksir Dong Soo, Jin Ju menyangkal semuanya itu, tapi Jin Kin hanya menertawainya.
Tuan Hong dibawa ke penjara, di mana ia melihat seorang tahanan yang telah dhukum mati. Sementara di penjara, tahanan ini telah membunuh seorang pejabat penjara, yang mana keahlian bertarungnya sampai ke telinga Tuan Hong. Ketika Tuan Hong memintanya untuk menunjukkan keahliannya, tahanan itu segera menghunus pedang dari sarungnya yang dipegang oleh seorang pengawal di sebelah Tuan Hong dan membelah pintu penjara. Dia kemudian memberitahu Tuan Hong, kalau hidupnya diampuni maka ia akan melayaini Tuan Hong, jadi Hong segera mengambilnya menjadi anakbuahnya.
Tuan Hong kemudian bertemu dengan Chun, dan mereka ternyata masih terobsesi mengenai buku legenda, yang berisis Rencana untuk Ekspedisi ke Utara. Chun melaporkan kalau Pangeran Mahkota telah berhasil menemukan lokasi makam dari Raja Hyojong dan masih mencari buku tersebut. Ia lebih lanjut mengatakan kalau Hoksa Chorong juga telah mencarinya, jadi ia sangat yakin ke mana Pangeran Mahkota akan mencarinya, dan tak mungkin akan ditemukan. Chun menambahkan, jika Pangeran menemukannya, apakah Tuan Hong mau membunuhnya? Tuan Hong tidak senang karena kata-kata itu diucapkan, tapi tetap menekankan Pangeran Mahkota memang harus mati. Chun menyahut, semua nyawa, bahkan milik Raja, adalah hal yang sangat kecil. Chun juga ingin tahu siapa pengawal pribadi Tuan Hong yang baru, karena ia diam saja di belakang Tuan Hong. Hong memberitahu Chun kalau ini adalah pengawalnya yang baru, dan Chun pada dasarnya memberitahu si pengawal baru untuk bersantai saja … ahahahahh ….
Ketika Dong Soo bangun, Sa Mo sedang keluar, jadi Dong Soo mengambil pelindung bambunya dan pergi keluar. Dia, Jin Ju, dan anak-anak yang lain keluar untuk meminta-minta, tapi Un tetap tinggal di rumah mengasah pedangnya dan mengunjungi makam ayahnya untuk mengambil tombak ayahnya yang tertinggal di sana.
Setelah banyak meneliti, Pangeran mulai berpikir kalau ia seharusnya melihat-lihat kediaman Tuan Yoo, dan salah satu pengawalnya mendapatkan lokasinya, tapi bagaimanapun juga, ini harus menjadi gerakan rahasia, jadi ia membawa hanya seorang pengawal pribadi kepercayannya.
Dong Soo dan Jin Ju sedang menjelajah jalanan, setengah hati antara memitna-minta dan keluyuran, Jin Ju sebenarnya membuat Dong Soo merasa terganggu karena selalu mengintilnya. Mereka secara kebetulan berpapasan dengan Jin Su, yang bahkan tidak menyadari kehadiran keduanya, tapi Dong Soo membelalakkan matanya ketika Jin Su lewat di sampingnya, mengenalinya …
Ketika Pangeran dan seorang pengawalnya memacu kudanya, mereka tidak sengaja menyerempet Jin Ju, membuat makanannya tumpah. Ini membuat Dong Soo sangat kesal dan dia mengejar mereka sepanjang jalan, melewati beberapa rumah dan gang, menerobos ke sana sini sehingga berhasil menghadang laju kedua kuda tersebut. Dong Soo meminta mereka meminta maaf karena telah membuat Jin Ju jatuh dan menyia-nyiakan makanan mereka yang tertumpah. Pengawal Pangeran sangat kesal, tapi Pangeran ternyata justru merasa sedikit geli dan terkesan dengan kegagahannya, ia melemparkan 2 koin pada Dong Soo untuk membayar makanan itu, tapi juga berpikir kalau anak ini mengingatkannya pada seseorang yang telah lama ia lupakan.
Pangeran dan pengawalnya melanjutkan perjalanan ke tujuan mereka dan ternyata sesampainya di sana, mereka berdua menemukan kalau kediaman itu telah lama ditinggalkan oleh para penghuninya. Dan tentu saja tempat itu sangat bagus untuk menjadi perangkap, yang dibuat oleh In. Jadi Pangeran dan satu pengawal melawan In beserta anakbuahnya dalam jumlah yang sangat banyak. Pertarungan yang sengit tak terelakkan lagi. Pengawal pribadi pangeran berusaha melindungi junjungannya, tapi terpisah karena menghindar ke sana kemari dari sergapan para pengepungnya. Sementara itu Pangeran Mahkota Sado berusaha mengelak dari sabetan pedang dan juga serbuan musuh-musuhnya, berlari menghindar ke sana kemari …
Tuan Hong dibawa ke penjara, di mana ia melihat seorang tahanan yang telah dhukum mati. Sementara di penjara, tahanan ini telah membunuh seorang pejabat penjara, yang mana keahlian bertarungnya sampai ke telinga Tuan Hong. Ketika Tuan Hong memintanya untuk menunjukkan keahliannya, tahanan itu segera menghunus pedang dari sarungnya yang dipegang oleh seorang pengawal di sebelah Tuan Hong dan membelah pintu penjara. Dia kemudian memberitahu Tuan Hong, kalau hidupnya diampuni maka ia akan melayaini Tuan Hong, jadi Hong segera mengambilnya menjadi anakbuahnya.
Tuan Hong kemudian bertemu dengan Chun, dan mereka ternyata masih terobsesi mengenai buku legenda, yang berisis Rencana untuk Ekspedisi ke Utara. Chun melaporkan kalau Pangeran Mahkota telah berhasil menemukan lokasi makam dari Raja Hyojong dan masih mencari buku tersebut. Ia lebih lanjut mengatakan kalau Hoksa Chorong juga telah mencarinya, jadi ia sangat yakin ke mana Pangeran Mahkota akan mencarinya, dan tak mungkin akan ditemukan. Chun menambahkan, jika Pangeran menemukannya, apakah Tuan Hong mau membunuhnya? Tuan Hong tidak senang karena kata-kata itu diucapkan, tapi tetap menekankan Pangeran Mahkota memang harus mati. Chun menyahut, semua nyawa, bahkan milik Raja, adalah hal yang sangat kecil. Chun juga ingin tahu siapa pengawal pribadi Tuan Hong yang baru, karena ia diam saja di belakang Tuan Hong. Hong memberitahu Chun kalau ini adalah pengawalnya yang baru, dan Chun pada dasarnya memberitahu si pengawal baru untuk bersantai saja … ahahahahh ….
Ketika Dong Soo bangun, Sa Mo sedang keluar, jadi Dong Soo mengambil pelindung bambunya dan pergi keluar. Dia, Jin Ju, dan anak-anak yang lain keluar untuk meminta-minta, tapi Un tetap tinggal di rumah mengasah pedangnya dan mengunjungi makam ayahnya untuk mengambil tombak ayahnya yang tertinggal di sana.
Setelah banyak meneliti, Pangeran mulai berpikir kalau ia seharusnya melihat-lihat kediaman Tuan Yoo, dan salah satu pengawalnya mendapatkan lokasinya, tapi bagaimanapun juga, ini harus menjadi gerakan rahasia, jadi ia membawa hanya seorang pengawal pribadi kepercayannya.
Dong Soo dan Jin Ju sedang menjelajah jalanan, setengah hati antara memitna-minta dan keluyuran, Jin Ju sebenarnya membuat Dong Soo merasa terganggu karena selalu mengintilnya. Mereka secara kebetulan berpapasan dengan Jin Su, yang bahkan tidak menyadari kehadiran keduanya, tapi Dong Soo membelalakkan matanya ketika Jin Su lewat di sampingnya, mengenalinya …
Ketika Pangeran dan seorang pengawalnya memacu kudanya, mereka tidak sengaja menyerempet Jin Ju, membuat makanannya tumpah. Ini membuat Dong Soo sangat kesal dan dia mengejar mereka sepanjang jalan, melewati beberapa rumah dan gang, menerobos ke sana sini sehingga berhasil menghadang laju kedua kuda tersebut. Dong Soo meminta mereka meminta maaf karena telah membuat Jin Ju jatuh dan menyia-nyiakan makanan mereka yang tertumpah. Pengawal Pangeran sangat kesal, tapi Pangeran ternyata justru merasa sedikit geli dan terkesan dengan kegagahannya, ia melemparkan 2 koin pada Dong Soo untuk membayar makanan itu, tapi juga berpikir kalau anak ini mengingatkannya pada seseorang yang telah lama ia lupakan.
Pangeran dan pengawalnya melanjutkan perjalanan ke tujuan mereka dan ternyata sesampainya di sana, mereka berdua menemukan kalau kediaman itu telah lama ditinggalkan oleh para penghuninya. Dan tentu saja tempat itu sangat bagus untuk menjadi perangkap, yang dibuat oleh In. Jadi Pangeran dan satu pengawal melawan In beserta anakbuahnya dalam jumlah yang sangat banyak. Pertarungan yang sengit tak terelakkan lagi. Pengawal pribadi pangeran berusaha melindungi junjungannya, tapi terpisah karena menghindar ke sana kemari dari sergapan para pengepungnya. Sementara itu Pangeran Mahkota Sado berusaha mengelak dari sabetan pedang dan juga serbuan musuh-musuhnya, berlari menghindar ke sana kemari …
No comments:
Post a Comment