Judul : Warrior Baek Dong Soo Episode : 01 | 02 | 03 | 04 | 05 | 06 | 07 | 08 | 09 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | |
Episode 05
Kembali ke episode sebelumnya, sementara Un dan yang lainnya berenang jauh di depan, Dong Soo kembali untuk membantu Cho Rip berenang sampai ke tepian pantai. Dae Pyo menghampirinya dan memberitahunya kalau tidak peduli siapapun yang mendapatkan bantuan akan dianggap gagal. Dong Soo menyahut kalau gagal lebih baik daripada mati. Dae Pyo bertanya pada Dong Soo, apa ia pikir bahwa pelatihan ini adalah sebuah gurauan belaka. Dong Soo bersikukuh bahwa jika ia membiarkan seorang rekannya mati hanya untuk menjadi seorang petarung yang tangguh, dia tidak melihat perbedaan antara pelatihan itu dan menjadi seorang pembunuh gelap. Dan jika seperti itu, maka dia lebih baik tidak berlatih untuk menjadi seorang petarung.
Ketika Dong Soo mau beranjak pergi dan memutuskan untuk tidak mengikuti pelatihan ini lagi, Cho Rip maju dan mengatakan kalau dia tidak ingin berhenti, dan memohon untuk memberinya 10 hari sehingga ia dapat membuat dirinya sanggup mengimbangi rekan-rekannya yang lain. Dong Soo mengingat pesan yang diberitahukan Sa Mo padanya sebelum berpisah adalah pantang menyerah, tapi baru setelah Un menimpuknya dengan pasir dari belakang dan mengejeknya sebagai orang yang mudah menyerah yang membuatnya menyatakan kalau dia tidak akan pernah menyerah.
Kemudian mereka pergi untuk berlatih lebih keras lagi. Seperti biasanya, Un selalu menjadi orang nomer satu dalam setiap ujian, dan sering Dong Soo menyusulnya di tempat kedua, tapi biasanya itu dikarenakan ia selalu membantu Cho Rip atau anak yang lain. Dan seperti yang sebelumnya, hadiah bagi para pemenang adalah makan malam, sementara hukuman bagi yang paling buncit adalah tidak mendapatkan makan malam. Dae Pyo kemudian mengadakan perlombaan lari, kali ini menggunakan sistem gugur dan siapa yang tidak dapat kembali tepat pada waktunya akan dianggap gagal dan dipersilahkan pergi. Setelah itu mereka semua segera pergi mengikuti perlombaan itu, dan setelah berlari untuk beberapa waktu, Dong Soo melewati seorang anak yang kelihatannya sedang dalam masalah. Dong Soo menanyainya apakah ia baik-baik saja dan anak itu mengangguk tapi dengan mencengkeram dadanya. Akhirnya semuanya sudah usai, Un lah yang menjadi orang pertama, dan dua anak gagal sehingga digiring pergi.
Ketika Dae Pyo menasihati mereka semua yang berhasil menyelesaikan perlombaan lari itu, ia menyadari bahwa seorang anak tidak ada di sana. Mereka semua segera kembali menyusuri rute lari mereka tadi dan menemukannya tergeletak di tengah jalan, mati, dan seorang anak yang lain mengakui kalau anak yang mati itu memang tidak dalam kondisi yang sehat malam sebelumnya.
Setelah mereka menguburkannya dan menumpuk batu-batu, Dae Pyo memberitahu mereka kalau ini adalah kematian yang terhormat. Dong Soo membantahnya bahwa tidak ada sesuatu seperti kematian yang terhormat. Kematian tidak ada artinya. Dae Pyo menyahutnya kalau mati di jalan di mana kau telah putuskan untuk melangkah adalah kematian yang terhormat dan mulia. Dong Soo membantahnya lagi bahwa itu semua adalah omong kososng, tapi Dae Pyo memberitahunya bahwa bagi seorang petarung, kematian itu seperti bayangan mereka yang selalu mengikuti kemanapun mereka pergi.
Dong Soo membangunkan Un di tengah malam dan kelihatannya ini sudah menjadi kebiasaan mereka berdua, tantangan Dong Soo untuk bertarung. Un mengalahkannya lagi dan lagi, dan memberitahu Cho Rip yang menyaksikan pertarungan mereka untuk memberitahu Dong Soo untuk menghentikan ulahnya ini karena percuma saja.
Atas permintaan Sa Mo, Komandan Im memberitahu Pangeran Mahkota kalau Pangeran belum mengunjungi kamp pelatihan. Pangeran Mahkota mengakui kalau dia sebenarnya juga berniat untuk pergi ke sana dan juga ingin bertemu lagi dengan Dong Soo yang telah menyelamatkannya.. Mereka berdua kemudian pergi dengan menyamar untuk mengunjungii kamp pelatihan, namun tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang menguntit kepergian mereka dan dilaporkan kepada Tuan Hong dan Chun.
Tuan Hong memerintahkan Chun untuk menangani masalah ini, Pangeran Mahkota dan buku legenda di kediaman keluarga Yoo. Chun memilih untuk menyerang kamp pelatihan, beralasan sejak Pangeran Mahkota pergi ke sana maka ini yang lebih penting untuk dilakukan.
Pangeran Mahkota sampai di kamp pelatihan tapi identitasnya disembunyikan dari anak-anak itu dengan menaruh sebuah tirai di depannya. Mereka menghampiri Pangeran untuk memberikan salam padanya sampai pada giliran Dong Soo. Pangeran bertanya pada Dong Soo apakah kedua orangtuanya masih hidup, dan dijawab kalau keduanya sudah meninggal, tapi dia masih punya seorang paman yang seperti babi berperut gendut. Sa Mo yang ternyata juga sudah datang dan menemani Pangeran Sado di balik layar, tertawa terkekeh dan kemudian berdehem untuk melegakan tenggorokannya. Dong Soo mendengarnya dan merasa kalau ia mengenal suaranya.
Dong Soo kemudian pergi keluar dan menyusup untuk mengetahui siapa sebenarnya orang di balik tirai tadi dan menemukan Sa Mo. Keduanya berpelukan dan sangat senang atas pertemuan ini.
Di kediaman Yoo, Tuan Yoo telah mengambil buku legenda dari kuil, dan memberitahu Ji Sun bahwa Pangeran akan membawanya dan buku itu keesokan harinya, dan selanjutnya Ji Sun harus menjaga buku itu dengan hidupnya. Pada saat itulah, kediaman mereka diserang oleh Hoksa Chorong yang dipimpim oleh Ji dan In. Tuan Yoo menyembunyikan buku itu di jubahnya dan mengajak Ji Sun untuk melarikan diri.
Dua pengawal pribadi Pangeran Mahkota yang sebelumnya ditinggal di kediaman Yoo berusaha untuk menahan para pembunuh gelap itu untuk memberi waktu bagi Tuan Yoo dan Ji Sun melarikan diri. Satu dari mereka berusaha menahan serbuan dengan menghadang di gerbang sementara yang lain mundur, tapi In dapat mengalahkannya dengan mudah.
Tuan Yoo mengambil sebuah pisau di dapur, dan seorang pengawal ketiga datang untuk membantunya. Pengawal ini dapat mempertahankan posisinya, dan pengawal kedua yang mundur tadi datang membantunya. Ji muncul, dan pengawal kedua tadi diperintahkan untuk mundur lagi olehnya. Dengan rasa ingin tahu, Ji bertanya pada pengawal yang tersisa apakah ia masih ingin hidup, dan dijawab tidak ada seorangpun yang ingin mati. In muncul, Ji melukai pengawal tadi, tapi ternyata tidak ada maksud untuk membunuhnya.
Pengawal yang terakhir berhasil menyusul Yoo dan Ji Sun, dan membantu mereka untuk pergi ke kuil.
Sementara itu, kelompok Hoksa Chorong yang lain, dipimpin oleh Chun, menyerang kamp pelatihan. Dong Soo dan Cho Rip tak sengaja mendengar mulainya pertarungan itu dalam perjalanan mereka kembali dari luar. Cho Dengan sedikit ketakutan, Cho Rip segera berlari untuk memperingatkan para pemimpin, termasuk Pangeran Mahkota, sementara Dong Soo berlari untuk membunyikan bel tanda bahaya. Un, di lain pihak, keluar untuk menemui Chun di luar pintu gerbang.
Ketika anak-anak muda itu dan para pembunuh bayaran bertarung, Dae Pyo dan Sa Mo segera membuat rencana dengan cepat, Pangeran harus dapat pergi dengan selamat. Dae Pyo akan memimpin pertarungan ini dan Sa Mo akan membawa anak-anak yang lain pergi menyingkir.
Dae Pyo kemudian keluar dan menemui Chun. Pertama mereka bertarung mulut dan kemudian masing-masing menghunus pedang, tak lama kemudian pertarungan antar mereka dimulai. Saat Dae Pyo berusaha untuk menghampiri tempat Chun berada dengan bertarung melawan anakbuah Chun, anak-anak itu diserang dari belakang. Pangeran dan Komandan Im berusaha mundur dengan terpisah, bertarung sambil berusaha menyingkir dari sana.
Chun mendapatkan perlawanan terbaik dari Dae Pyo, yan bertarung dengan gigih. Saat mereka mulai mundur, Dong Soo menyadari kalau Un tidak bersama dengan mereka dan kembali ke kamp untuk mencari Un. Dae Pyo sedang bertarung untuk mendapatkan kesempatan bagi Pangeran Mahkotan untuk melarikan diri, dan Pangeran Mahkota sangat berduka karena ia tahu kali ini ia meninggalkan Dae Pyo menemui kematiannya.
Un sangat terkejut saat menyaksikan Chun bertarung dengan Dae Pyo, dan lebih terkejut lagi saat melihat Dong Soo datang untuk mencarinya. Dong Soo melihat pertarungan antara Chun dan Dae Pyo, dan berlari untuk membantu Dae Pyo, yang memberitahunya untuk pergi menyelamatkan diri, tapi sebaliknya, Dong Soo justru bertekad membantunya. Dae Pyo menyerang Chun, tapi Chun berhasil mengelak dan menusuknya dengan pedang. Dong Soo segera mengambil pedang Dae Pyo yang terlepas dan dari belakang Dae Pyo, menusuk Chun di pinggangnya.
Mereka saling bertautan, Dong Soo yang ketakutan, masih memegang pedang yang telah menusuk Chun. Chun sendiri menusukkan pedangnya lebih dalam ke tubuh Dae Pyo, yang berusaha mempertahankan hidupnya di antara mereka. Chun akhirnya menarik pedangnya, dan saat Dae Pyo jatuh ke tanah dengan luka yang sangat parah, dan Dong Soo jatuh terduduk saking takutnya, Chun menghampiri Dong Soo, menendangnya dan mengangkat pedangnya, menebaskan pedangnya ke arah Dong Soo dan menghancurkan kalung Ji Sun.
Un segera berlari dan menghadang Chun. Chun menendangnya dan melihat kembali ke Dong Soo. Chun mengambil kembali pedangnnya dan memberitahu Dong Soo, “Jika kau benar-benar ingin membunuh seseorang, tuju lah organ vital, leher, atau jantungnya.” Dia kemudian mendemonstrasikan bagaimana cara memegang pedang dengan baik, dan dengan itu, ia menusuk Dong Soo di pinggangnya, persis di mana Dong Soo telah menusuknya. Dong Soo berteriak kesakitan dan jatuh tidak sadarkan diri. Chun kemudian berbalik dan dengan dinginnya membantai Dae Pyo yang sedang sekarat. Sebelum pergi, Chun memberitahu Un kalau ia harus mengawasi Dong Soo, karena suatu hari nanti Dong Soo pasti akan melampaui Un.
Keluarga Yoo dan pengawal sampai di kuil, di mana para rahib segera bergegas untuk membantu mereka. Tuan Yoo tahu kalau kondisinya sangat parah. Yoo segera membuat Ji Sun minum semangkuk minuman, yang membuatnya tidak sadarkan diri. Saat ia tidak sadarkan diri, ayahnya segera membuat tato diagram dan peta di belakang punggungnya, dan setelah selesai, Tuan Yoo segera membakar buku legenda itu.
Sa Mo kembali ke kamp untuk menyelidiki kehancuran yang terjadi. Dia menemukan mayat Dae Pyo, dan juga Un dan Dong Soo. Adik perempuan dan anak gadis Dae Pyo selamat dengan bersembunyi, dan mereka segera menghampiri tubuh Dae Pyo.
Anak-anak dan para pegawai kamp pelatihan yang selamat menguburkan mereka yang tewas karena penyerbuan semalam, dan Sa Mo kemudian memimpin semuanya untuk lebih dalam lagi masuk ke pegunungan, di mana ia berharap tiada seorangpun akan menemukan mereka. Pada saat pasukan yang dikirim oleh Pangeran Sado datang, mereka hanya menemukan tempat yang kosong, dan sebuah catatan dari Sa Mo yang mengatakan kalau Dae Pyo sudah dikubur dan beristirahat dalam damai, dan ia sekarang telah membawa anak-anak di kamp pelatihan dan pasti suatu hari nanti akan kembali. Selama waktu itu, ia meminta Im agar melindungi Pangeran Mahkota dengan sebaik-baiknya.
Ji Sun berhasil menemui Pangeran Mahkota, yang kemudian mengatur agar Ji Sun mendapat perawatan dan didikan yang baik.
Di tempat mereka yang baru, anak-anak yang selamat dari pembantaian Hoksa Chorong kembali berlatih, dengan Sa Mo sekarang yang memimpin mereka. Karena Dong Soo bertekad untuk menjadi lebih kuat
lagi, maka ia dilatih dengan lebih keras daripada yang lainnya. Jadi
sementara yang lain berlatih di tepi pantai, ia berlatih dengan berdiri di atas satu kaki di atas sebuah tonggak di atas air.
Dan dengan kegagalannya mempertahankan diri dan jatuh ke air, beberapa tahun tiba-tiba sudah berlalu. Dong Soo sekarang sudah dewasa dan masih berlatih latihan yang sama tapi sudah lebih mantap.
Ji Sun kecil sedang berlatih memanah dan kita lihat kemudian ia menjadi gadis dewasa sedang berlatih memanah.
Dan akhirnya sekarang Gwang Taek sedang bersiap-siap meninggalkan Qing untuk kembali ke Joseon.
Pangeran Mahkota sampai di kamp pelatihan tapi identitasnya disembunyikan dari anak-anak itu dengan menaruh sebuah tirai di depannya. Mereka menghampiri Pangeran untuk memberikan salam padanya sampai pada giliran Dong Soo. Pangeran bertanya pada Dong Soo apakah kedua orangtuanya masih hidup, dan dijawab kalau keduanya sudah meninggal, tapi dia masih punya seorang paman yang seperti babi berperut gendut. Sa Mo yang ternyata juga sudah datang dan menemani Pangeran Sado di balik layar, tertawa terkekeh dan kemudian berdehem untuk melegakan tenggorokannya. Dong Soo mendengarnya dan merasa kalau ia mengenal suaranya.
Dong Soo kemudian pergi keluar dan menyusup untuk mengetahui siapa sebenarnya orang di balik tirai tadi dan menemukan Sa Mo. Keduanya berpelukan dan sangat senang atas pertemuan ini.
Di kediaman Yoo, Tuan Yoo telah mengambil buku legenda dari kuil, dan memberitahu Ji Sun bahwa Pangeran akan membawanya dan buku itu keesokan harinya, dan selanjutnya Ji Sun harus menjaga buku itu dengan hidupnya. Pada saat itulah, kediaman mereka diserang oleh Hoksa Chorong yang dipimpim oleh Ji dan In. Tuan Yoo menyembunyikan buku itu di jubahnya dan mengajak Ji Sun untuk melarikan diri.
Dua pengawal pribadi Pangeran Mahkota yang sebelumnya ditinggal di kediaman Yoo berusaha untuk menahan para pembunuh gelap itu untuk memberi waktu bagi Tuan Yoo dan Ji Sun melarikan diri. Satu dari mereka berusaha menahan serbuan dengan menghadang di gerbang sementara yang lain mundur, tapi In dapat mengalahkannya dengan mudah.
Tuan Yoo mengambil sebuah pisau di dapur, dan seorang pengawal ketiga datang untuk membantunya. Pengawal ini dapat mempertahankan posisinya, dan pengawal kedua yang mundur tadi datang membantunya. Ji muncul, dan pengawal kedua tadi diperintahkan untuk mundur lagi olehnya. Dengan rasa ingin tahu, Ji bertanya pada pengawal yang tersisa apakah ia masih ingin hidup, dan dijawab tidak ada seorangpun yang ingin mati. In muncul, Ji melukai pengawal tadi, tapi ternyata tidak ada maksud untuk membunuhnya.
Pengawal yang terakhir berhasil menyusul Yoo dan Ji Sun, dan membantu mereka untuk pergi ke kuil.
Sementara itu, kelompok Hoksa Chorong yang lain, dipimpin oleh Chun, menyerang kamp pelatihan. Dong Soo dan Cho Rip tak sengaja mendengar mulainya pertarungan itu dalam perjalanan mereka kembali dari luar. Cho Dengan sedikit ketakutan, Cho Rip segera berlari untuk memperingatkan para pemimpin, termasuk Pangeran Mahkota, sementara Dong Soo berlari untuk membunyikan bel tanda bahaya. Un, di lain pihak, keluar untuk menemui Chun di luar pintu gerbang.
Ketika anak-anak muda itu dan para pembunuh bayaran bertarung, Dae Pyo dan Sa Mo segera membuat rencana dengan cepat, Pangeran harus dapat pergi dengan selamat. Dae Pyo akan memimpin pertarungan ini dan Sa Mo akan membawa anak-anak yang lain pergi menyingkir.
Dae Pyo kemudian keluar dan menemui Chun. Pertama mereka bertarung mulut dan kemudian masing-masing menghunus pedang, tak lama kemudian pertarungan antar mereka dimulai. Saat Dae Pyo berusaha untuk menghampiri tempat Chun berada dengan bertarung melawan anakbuah Chun, anak-anak itu diserang dari belakang. Pangeran dan Komandan Im berusaha mundur dengan terpisah, bertarung sambil berusaha menyingkir dari sana.
Chun mendapatkan perlawanan terbaik dari Dae Pyo, yan bertarung dengan gigih. Saat mereka mulai mundur, Dong Soo menyadari kalau Un tidak bersama dengan mereka dan kembali ke kamp untuk mencari Un. Dae Pyo sedang bertarung untuk mendapatkan kesempatan bagi Pangeran Mahkotan untuk melarikan diri, dan Pangeran Mahkota sangat berduka karena ia tahu kali ini ia meninggalkan Dae Pyo menemui kematiannya.
Un sangat terkejut saat menyaksikan Chun bertarung dengan Dae Pyo, dan lebih terkejut lagi saat melihat Dong Soo datang untuk mencarinya. Dong Soo melihat pertarungan antara Chun dan Dae Pyo, dan berlari untuk membantu Dae Pyo, yang memberitahunya untuk pergi menyelamatkan diri, tapi sebaliknya, Dong Soo justru bertekad membantunya. Dae Pyo menyerang Chun, tapi Chun berhasil mengelak dan menusuknya dengan pedang. Dong Soo segera mengambil pedang Dae Pyo yang terlepas dan dari belakang Dae Pyo, menusuk Chun di pinggangnya.
Mereka saling bertautan, Dong Soo yang ketakutan, masih memegang pedang yang telah menusuk Chun. Chun sendiri menusukkan pedangnya lebih dalam ke tubuh Dae Pyo, yang berusaha mempertahankan hidupnya di antara mereka. Chun akhirnya menarik pedangnya, dan saat Dae Pyo jatuh ke tanah dengan luka yang sangat parah, dan Dong Soo jatuh terduduk saking takutnya, Chun menghampiri Dong Soo, menendangnya dan mengangkat pedangnya, menebaskan pedangnya ke arah Dong Soo dan menghancurkan kalung Ji Sun.
Un segera berlari dan menghadang Chun. Chun menendangnya dan melihat kembali ke Dong Soo. Chun mengambil kembali pedangnnya dan memberitahu Dong Soo, “Jika kau benar-benar ingin membunuh seseorang, tuju lah organ vital, leher, atau jantungnya.” Dia kemudian mendemonstrasikan bagaimana cara memegang pedang dengan baik, dan dengan itu, ia menusuk Dong Soo di pinggangnya, persis di mana Dong Soo telah menusuknya. Dong Soo berteriak kesakitan dan jatuh tidak sadarkan diri. Chun kemudian berbalik dan dengan dinginnya membantai Dae Pyo yang sedang sekarat. Sebelum pergi, Chun memberitahu Un kalau ia harus mengawasi Dong Soo, karena suatu hari nanti Dong Soo pasti akan melampaui Un.
Keluarga Yoo dan pengawal sampai di kuil, di mana para rahib segera bergegas untuk membantu mereka. Tuan Yoo tahu kalau kondisinya sangat parah. Yoo segera membuat Ji Sun minum semangkuk minuman, yang membuatnya tidak sadarkan diri. Saat ia tidak sadarkan diri, ayahnya segera membuat tato diagram dan peta di belakang punggungnya, dan setelah selesai, Tuan Yoo segera membakar buku legenda itu.
Sa Mo kembali ke kamp untuk menyelidiki kehancuran yang terjadi. Dia menemukan mayat Dae Pyo, dan juga Un dan Dong Soo. Adik perempuan dan anak gadis Dae Pyo selamat dengan bersembunyi, dan mereka segera menghampiri tubuh Dae Pyo.
Anak-anak dan para pegawai kamp pelatihan yang selamat menguburkan mereka yang tewas karena penyerbuan semalam, dan Sa Mo kemudian memimpin semuanya untuk lebih dalam lagi masuk ke pegunungan, di mana ia berharap tiada seorangpun akan menemukan mereka. Pada saat pasukan yang dikirim oleh Pangeran Sado datang, mereka hanya menemukan tempat yang kosong, dan sebuah catatan dari Sa Mo yang mengatakan kalau Dae Pyo sudah dikubur dan beristirahat dalam damai, dan ia sekarang telah membawa anak-anak di kamp pelatihan dan pasti suatu hari nanti akan kembali. Selama waktu itu, ia meminta Im agar melindungi Pangeran Mahkota dengan sebaik-baiknya.
Ji Sun berhasil menemui Pangeran Mahkota, yang kemudian mengatur agar Ji Sun mendapat perawatan dan didikan yang baik.
Di tempat mereka yang baru, anak-anak yang selamat dari pembantaian Hoksa Chorong kembali berlatih, dengan Sa Mo sekarang yang memimpin mereka. Karena Dong Soo bertekad untuk menjadi lebih kuat
lagi, maka ia dilatih dengan lebih keras daripada yang lainnya. Jadi
sementara yang lain berlatih di tepi pantai, ia berlatih dengan berdiri di atas satu kaki di atas sebuah tonggak di atas air.
Dan dengan kegagalannya mempertahankan diri dan jatuh ke air, beberapa tahun tiba-tiba sudah berlalu. Dong Soo sekarang sudah dewasa dan masih berlatih latihan yang sama tapi sudah lebih mantap.
Ji Sun kecil sedang berlatih memanah dan kita lihat kemudian ia menjadi gadis dewasa sedang berlatih memanah.
Dan akhirnya sekarang Gwang Taek sedang bersiap-siap meninggalkan Qing untuk kembali ke Joseon.
Latihan berlanjut. Anak-anak duduk berbaris duduk dengan sebuah kendi kecil di hadapan mereka. Sa Mo memberitahu mereka kalau itu adalah racun bok (복). Dong Soo dan Un berdebat mengenai efek dari racun itu, juga mengatakan jika seseorang selamat dari minum racun itu, maka ia akan kebal racun itu. Para siswa kemudian masing-masing meminum isi kendi itu. Banyak di antara mereka segera memuntahkannya keluar, dan kemudian segera berkumur membersihkan mulut mereka. Pada akhir dari 8 jam ujian itu, hanya, Un, Dong Soo, dan Cho Rip yang masih tetap duduk. Bahkan setelah itu ada pertanyaan apakah Dong Soo berhasil atau gagal, karena kelihatannya ia seperti sedang tidak sadarkan diri. Pada kenyatannya, Dong Soo jatuh tertidur.
Para siswa telah dilatih dalam keahlian berkuda dan pedang, juga memanah. Terlihat kalau Dong Soo tidak begitu ahli dalam memanah, putusannya kemana untuk memanah, walaupun pas, tapi sedikit di luar sisi target yang berwarna.
Dan akhirnya Un, Cho Rip, dan Dong Soo mengucapkan selamat tinggal pada rekan-rekannya dan turun menuju ke kota di bawah pegunungan, di mana Sa Mo telah membuka toko jagal. Anak-anak itu kemudian diberikan tugas pertama mereka, mengawal seorang biksuni, yang mengadakan perjalanan dengan serombongan pedagang Qing. Un bertanya apakah mereka berjaga-jaga atas penyergapan perampok, tapi Sa Mo menjawab kalau mereka tidak tahu, hanya ditugaskan untuk menjaga biksuni itu.
Serombongan kecil pedagang berkuda melewati padang rumput. Un dan Dong Soo berkuda di samping sebuah kereta kecil yang dikusiri oleh Cho Rip. Dong Soo mengintip ke dalam kereta, ternyata biksuni itu adalah Ji Sun, tapi Dong Soo tidak mengenalinya lagi. Sementara itu Ji Sun melihat Un dengan pandangan ingin tahu, seakan-akan sedang berusaha mengingatnya lagi. Tak jauh dari sana, sekelompok kecil orang sedang bersembunyi dan mengawasi rombongan itu.
Un mulai merasa sedikit gelisah dan kemudian ia melihat gerakan kecil yang mencurigakan. Ia segera melepaskan sebuah anak panah ke arah sana. Panah itu menancap di tanah di tengah-tengah kawanan kecil tadi mengejutkan mereka. Kelompok kecil itu ternyata dipimpin tidak lain tidak bukan si Hwang Jin Ju yang sudah bertumbuh menjadi seorang gadis dewasa. Kelompok Hwang Jin Ju segera melepaskan anak panah sebagai sinyal dan penyergapan segera dimulai!
--
No comments:
Post a Comment