Episode kali ini dimulai dengan Pangeran Mahkota Sado sedang memeriksa wilayah perbatasan. Sebuah pesan datang dari Istana, memberitahu pada Pangeran kalau duta besar dari Qing mengajukan petisi mengenai keberadaan Pangeran di perbatasan melakukan inspeksi. Seo Yu Tae, sang komandan dari pos perbatasa, memberitahu Pangeran bahwa semakin lama ia ada di perbatasan antara Joseon dan Qing, maka itu akan terlihat lebih mencurigakan, dan Faksi Noron akan menggunakan ini untuk menimbulkan perselisihan di Istana.
Pangeran menemui Yoo Ji Sun, yang baru saja kembali dari Qing, dan ia melaporkan penyelidikannya atas Rencana (karena buku legenda sudah dibakar, maka aku ganti dengan Rencana). Ji Sun memberitahu padanya kalau geografinya masih cocok dengan yang tertulis di Rencana, bahkan setelah 100 tahun, jadi masih sangat berharga. Bagaimanapun juga, Ji Sun masih memiliki beberapa hal yang perlu ia periksa kembali sebelum ia dapat mengkonfirmasi segalanya. Dia menyakinkan Pangeran kalau itu tidak akan memakan waktu yang lama.
Pangeran memberitahu Ji Sun kalau dalam beberapa hari ini sebuah kelompok pedagang dari Qing akan lewat dan ia telah mengatur agar Ji Sun dapat bergabung. Dia akan menyediakan pengawal bagi Ji Sun, jadi Ji Sun tidak usah merasa takut. Ji Sun justru berbalik mengatakan kalau keselamatan Pangeran Sado lah yang perlu lebih dikhawatirkan karena Pangeran sekarang sedang menapak di jalanan yang berbahaya dan tak seorangpun yang berani untuk mencobanya selama ini. Pangeran kemudian berangkat dari perbatasan, meninggalkan Ji Sun yang menunggu karavan dari Qing.
Pangeran memberitahu Ji Sun kalau dalam beberapa hari ini sebuah kelompok pedagang dari Qing akan lewat dan ia telah mengatur agar Ji Sun dapat bergabung. Dia akan menyediakan pengawal bagi Ji Sun, jadi Ji Sun tidak usah merasa takut. Ji Sun justru berbalik mengatakan kalau keselamatan Pangeran Sado lah yang perlu lebih dikhawatirkan karena Pangeran sekarang sedang menapak di jalanan yang berbahaya dan tak seorangpun yang berani untuk mencobanya selama ini. Pangeran kemudian berangkat dari perbatasan, meninggalkan Ji Sun yang menunggu karavan dari Qing.
Ji dan Chun sedang bermeditasi di hutan bambu ketika salah satu dari anakbuah Ji datang untuk memberitahunya kalau Gwang Taek sudah meninggalkan Kuil di Qing, tapi mereka belum yakin apakah ia akan kembali ke Joseon atau tidak. (Dan ini artinya kalau jaringan mata-mata dari Hoksa Chorong lebih baik daripada milik pemerintah Joseon maupun rekan-rekan dari Gwang Taek).
Chun bertanya-tanya apa tujuan dari Gwang Taek yang bertangan satu kembali ke Joseon. Ji bertanya-tanya apakah ini benar-benar menjadi masalah untuk Chun, tapi Chun justru bertanya padanya apakah memang benar cuman dirinya saja yang menantikan kedatangan Gwang Taek.
Ji berpapasan dengan Jin Ju, yang berhenti, sedikit bingung. Dia memanggil Ji dan bertanya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Ji memberinya pandangan tajam, yang membuat Jin Ju gelisah sehingga ia meminta maaf dan segera meninggalkannya, beberapa kali melihat pada Ji lagi melalui bahunya. Ji berbalik dan dengan diam-diam tampak merenung. Dia kemudian duduk minum teh dengan Hwang Jin Ki, yang memberitahu Ji kalau ia sangat cemas karena tidak mendengar berita apapun mengenai Ji beberapa tahun belakangan ini. Ji bertanya padanya mengenai anaknya, dan Jin Ki menjawab kalau Jin Ju bertumbuh di tengah lingkungan para bandit dan tak kenal takut. Ji bertanya apakah anak itu sekarang lagi bersama dengan para bandit, dan Jin Ki memberitahu kalau Ji baru saja melewatkan kesempatan untuk bertemu dengannya karena anak itu tadi ada di sini dan baru saja pergi. Ji kemudian menyadari kalau ia baru saja bertemu dengan anak itu, Jin Ju, dan memberitahu Jin Ki kalau anak itu sangat cantik, berterimakasih padanya, dan kemudian pergi. (Ini membuat kita menghubungkan kalau Jin Ju kemungkinan besar adalah anak gadis dari Ji)
Kelompok pedagang sedang melewati dataran luas (ini adalah akhir dari episode 5) Cho Rip mengusiri kereta kuda kecil yang ada Ji Sun di dalamnya, sementara Dong Soo dan Un berkuda di sampingnya. Dong Soo mengintip Ji Sun di dalam kereta, dan kemudian bertanya pada Cho Rip mengapa Ji Sun memakai hanbok bukannya jubah biksuni. Cho Rip mengatakan kalau ia bukanlah biksuni sepenuhnya sehingga tidak memakai jubahnya (atau digunduli kepalanya).
Dong Soo memulai berharap agar kelompok pedagang mereka menyerang sehingga ia dapat mendemonstrasikan talentanya. Cho Rip mengatakan padanya kalau dia bisa saja terbunuh, tapi Dong Soo mulai mengatakan kalau dirinya lah yang terbaik, tapi kemudian ia melihat Un dan meralat perkataannya, Un lah yang terbaik, dan dirinya kedua terbaik … ahahahah jujur juga si Dong Soo ….
Dan kemudian dimulailah penyergapan. Un melepaskan sebuah panah ke gerakan mencurigakan yang ia amati sebelumnya, dan segera saja para bandit itu keluar dari persembunyian mereka, Jin Ju dan para bandit memulai penyerangan. Un dan Dong Soo segera menempati posisi mereka di sekeliling kereta untuk melindungi Ji Sun, dan pertarungan yang tak terelakkan segera terjadi. Dong Soo tidak begitu serius dalam bertarung, tidak seperti Un dan Cho Rip, tapi mereka berdua menerima kalau Un lah yang memimpin mereka bertiga.
Un memberitahu Cho Rip untuk membawa kereta ke tempat yang aman, dan Un berkuda di belakangnya untuk melindungi, diikuti sebagian besar para bandit. Dong Soo ditinggal untuk menghadapi Jin Ju, yang terus berusaha mengejek Dong Soo, yang mengejek balik, dan setelah beberapa kali bertengkar mulut, mereka berdua turun dari kuda untuk segera memulai pertarungan. Jin Ju memberitahunya kalau ia tidak ada waktu bermain-main, membanting sebuah bom asap dan segera pergi bersama-sama dengan anggota kelompoknya yang lain yang masih tertinggal, Dong Soo segera meloncat ke atas kudanya dan mengikuti mereka.
Un and Cho Ripsedang mencoba melarikan diri ketika kereta kuda itu rusak. Cho Rip tinggal dengan kereta saat Un menghadapi kelompok bandit yang mengikuti mereka. Kelompok Jin Ju mulai menyusul mereka, dengan Dong Soo mengintil di belakang mereka.
Sementara itu, kembali ke Istana, Pangeran Mahkota mendengar laporan kalau utusan Qing telah bertemu dengan Raja. Kelihatannya kalau utusan itu sedang bertanya mengenai perjalanan Pangeran Mahkota ke perbatasan, apakah ia sedang melakukan pelatihan militer. Jika demikian, maka Kaisar Qing tidak akan senang. Raja dan para pejabat lain segera membantahnya kalau itu hanya perjalanan inspeksi saja, bukan pelatihan militer. Tapi karena Raja mendengar hal ini dari utusan Qing, maka ia menjadi sangat murka pada Pangeran Mahkota karena telah membuatnya dipermalukan. Raja memberitahu Pangeran Sado bahwa sebagai hukumannya, setiap orang yang telah bertemu dengannya dalam perjalanan ini akan diturunkan pangkatnya. Tuan Hong dan faksi Noron sangat senang karena peristiwa ini membuat jarak di antara Raja dan Pangeran Mahkota semakin lebar.
Kembali ke insiden penyergapan! Para bandit mengelilingi Cho Rip dan kereta kuda tapi menemukan kereta itu ternyata kosong, karena Un sedang berkuda dengan Ji Sun di belakangnya. Saat itulah, Dong Soo berhasil menyusul mereka dan bersama-sama dengan Cho Rip segera memulai pertarungan dengan para bandit.
Saat Dong Soo menantang Jin Ju untuk bertarung satu lawan satu, mereka terganggu dengan kedatangan seorang pria yang mendekati mereka. Itu Gwang Taek! Para bandit berusaha untuk merampok barang-barangnya, dan Gwang Taek hanya tersenyum kecil. Hanya dengan 2 gerakan, ia mengalahkan 3 orang, dan dia dengan santainya mengambil hopae (papan identitas diri) dari sakunya dan menggunakannya sebagai senjata untuk mengalahkan sebagian besar dari para bandit. Dong Soo melihatnya dengan terpesona.
Jin Ju dan para bandit yang tersisa segera pergi, tapi Dong Soo mendekati Gwang Taek. Dia bertanya padanya mengenai teknik aneh yang telah Gwang Taek gunakan, dan Gwang Taek hanya menertawakannya dan bertanya apakah Dong Soo mau mempelajarinya. Dong Soo mulai mengatakan kalau ia tidak perlu mempelajarinya, ketika Gwang Taek menggunakan hopae itu untuk memukul Dong So sehingga Dong Soo menyadari perbedaan mereka. Dong Soo justru segera melangkah menuju ke arah Gwang Taek, menghunus pedangnya dan menyuruhnya pergi, tapi Gwang Taek dengan mudahnya melucuti pedangnya hanya dengan satu gerakan dan memberitahu Dong Soo agar tidak menggunakan secara salah pedang yang sangat baik itu.
Gwang Taek kemudian menyerahkan pedangnya yang berumbai dan mengatakan pada Dong Soo kalau Dong Soo tidak memiliki tampang seorang pembunuh. Gwang Taek kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Cho Rip berlari menemui Dong Soo dan mengingatkannya kalau mereka masih harus mencari Un dan Ji Sun, yang sekarang masih sibuk memacu kuda melewati dataran (dalam gerak lambat). Beberapa orang dari para bandit masih mengejar mereka, dan Un akhirnya menarik Ji Sun turun dari kuda untuk bersembunyi di rerumputan (dan tidak sengaja melihat sebagian tato di tubuh Ji Sun).
Kelompok Jin Ju sampai di tempat itu dan memberitahu Un untuk menyerahkan Ji Sun pada mereka. (Sebenarnya mereka saling berdebat di antara mereka sendiri, bergaya sedemikian rupa dalam posisi mengancam satu sama lain sebelum mereka mulai berkelahi sendiri … konyol banget … ahahaha )
Un memulai pertarungan dan tiba-tiba salah satu penyerangnya roboh. Ji Sun telah mengenainya dengan sebuah panah. Dan sekarang pertarungan sedikit tertunda, karena Jin Ju juga mengeluarkan busurnya dan sedang mengarahkan panahnya pada Ji Sun.
Tapi tak lama kemudian, Jin Ju mendengar suara suitan sebagai pertanda bagi mereka untuk mengundurkan diri, dan terpaksa pergi karena para prajurit polisi sedang mendatangi tempat mereka. Saat Dong Soo dan Cho Rip mengikuti Gwang Taek untuk sejenak, Un dan Ji Sun menunggu mereka di dalam hutan.
Gwang Taek kembali lagi ke tempat di mana ia sebelumnya telah kehilangan bayi Dong Soo, dan di mana ia terakhir bertemu dengan Ji, hampir 20 tahun yang lalu. Dong Soo dan Cho Rip telah menguntitnya sampai di tempat itu, dan Dong Soo meminta untuk bertarung dengannya. Cho Rio, di lain pihak hanya berkata, “Oh tidak, aku tidak ikut-ikutan! Aku hanya menjadi penonton saja!”
Dong Soo segera berlari menyerang Gwang Taek, yang masih menggunakan tanda pengenal dirinya sebagai senjata. Setelah menangkis beberapa kali, Gwang Taek memberi Dong Soo beberapa pukulan di tulang rusuknya membuat Dong Soo terhuyung-huyung. Gwang Taek memberitahunya kalau Dong Soo masih seorang kanak-kanak karena masih terlalu terburu nafsu. Mereka kemudian mulai lagi dan setelah beberapa gerakan, Gwang Taek berhasil memegang tangan Dong Soo yang menggenggam pedang. Dia kemudian memberitahu Dong Soo kalau sebuah pedang tidak seharusnya digerakkan dengan tangan, tapi dengan hati, dan hanya dengan sebuah hati yang tenang dapat mengendalikan sebuah pedang. Dan kemudian dia memukul Dong So sekali di atas kepalanya untuk memberinya pelajaran.
Gwang Taek berjalan pergi, dan Cho Rip segera bergegas menuju Dong Soo dan mencelanya karena telah menjadi seorang bermulut besar ketika bahkan seorang pria tua ini dapat mengalahkannya. Kemudian Cho Rip menarik seekor burung merpati dari balik bajunya dan mengirimnya pergi untuk menemukan Un. Mereka mengikuti merpati itu sehingga bertemu dengan Un dan Ji Sun yang bersembunyi di hutan.
Dong Soo menatap tajam pada Ji Sun dan menawarkan daging padanya, yang kemudian ditolak, karena tentu saja ia seorang vegetarian. Kemudian Dong Soo mendapatkan ide cemerlang untuk memberi pakaiannya pada Ji Sun untuk membuatnya tetap hangat. Un meminta maaf pada Ji Sun karena kebodohan Dong Soo dan Cho Rip melemparkan pada Dong Soo sebuah rompi untuk dipakainya.
Kembali ke tempat mereka bermalam, Dong So menyadari kalau Ji Sun sedang merawat pergelangan tangan Un yang terluka, jadi ia segera ergi ke dalam hutan untuk mencari tumbuh-tumbuhan herbal untuk membuatkannya sebuah ramuan. Ji Sun menyadari kalau Un telah terluka tangannya, dan menggunakan pitanya untuk membalut luka itu. Dong Soo awalnya cemburu, dan kemudian dia mengingat bagaimana ia melihat Gwang Taek menggunakan hanya tanda pengenal dirinya untuk bertarung. Dia kemudian meminta Un untuk berlatih tanding dengannya. Setelah beberapa gerakan menggunakan tongkat seperti Gwang Taek menggunakan tanda pengenal, Dong Soo ditinggal dengan posisi kaku di tempatnya. Un menggunakan jarum akupungtur untuk membuatnya kaku. Ji Sun dengan tidak setuju menyingkirkan jarum itu, memberitahu Un kalau jarum akupungtur digunakan hanya untuk menyembuhkan bukan melukai orang.
Kembali ke markas para bandit, setelah ditegur oleh ayahnya karena melakukan penyergapan tanpa seijinnya dan akhrinya mereka berdebat sampai Jin Ju mengingat anak yang tadi bertarung dengannya (Dong Soo). Jin Ki kemudian duduk di sampingnya dan bertanya apakah Jin Ju dapat berhenti mengikuti penyergapan. Jin Ju tidak mau. Dan mereka segera bedebat mengenai hal itu, dan akhiryna Jin Ju mengatakan kalau ia ingin bertemu dengan ibunya. Yang kemudian mengingatkan dirinya untuk bertanya pada ayahnya mengenai wanita yang ditemuinya sebelum itu, dan ia rasa ia pernah bertemu dengannya. Jin Ki tidak menjawab, jadi ia melanjutkan kalau ia menjadi pencuri karena ini sudah ada dalam garis keturuanannya. Dan kemudian mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan kalau ia mendengar utusan Qing sudah datang, dan bukankah ini akan menjadi ikan besar bagi mereka. Jin Ki menjawab tidak, itu terlalu berbahaya.
Ji Sun bangun lebih pagi dari yang lain di hutan. Dia mengambil baju yang diberikan oleh Dong Soo malam sebelumnya dan menyelimutinya dengan itu. Un juga telah bangun, dan menyaksikan tindakannya dengan diam. Mereka menatap satu sama lain dan saling mengangguk. Un melihat pada balutan pita di tangannya, dan juga mengingat tato Ji Sun, jadi dia terpesona sekaligus terheran-heran apa hubungannya dengan shamani (perdukunan).
Keesokan harinya, mereka berhasil mengantarkan Ji Sun dengan selamat ke kuil dan Dong Soo terus dan terus membicarakan Ji Sun, bahkan mengatakan kalau ia mungkin nanti akan menikah dengannya. Cho Rip mengatakan kalau Dong Soo telah sepenuhnya menjadi sinting, yang mana Un menyahut kalau itu bukanlah sesuatu yang baru dan tidak perlu diherankan.
Ketika Ji Sun melangkah dengan pincang, mereka bertiga segera melihat ke kakinya. Rahib bertanya mengapa ia menggunakan tanaman beracun untuk mengobati lukanya. Ji Sun memberitahu sang rahib kalau itu tidak beracun selama mereka tidak mengatakannya. (Ji Sun tahu kalau itu adalah tanaman yang salah, dan tidak mau mempermalukan Dong Soo dengan mengatakannya …. ) Tapi ketika Dong Soo melangkah pergi, dia melihat dua tanaman dan segera menyadari kalau ia telah salah mengambil, yang seharusnya tanaman untuk menyembuhkan menjadi tanaman yang beracun dan merasa seperti seorang idiot.
Kembali ke Istana, setelah menyewa In untuk merampok dan menakut-nakuti utusan Qing, Tuan Hong melaporkan perampokan itu pada Raja. Ia bertanya apakah mereka dapat menggunakan kesempatan ini untuk membangun tempat yang baru dan lebih baik. Dia kemudian pergi menuju ke Gibang, di mana ia menyampaikan berita mengenai kedatangan Gwang Taek di kota kepada In.
Chun sedang duduk di Balai Utama diterangi cahaya liling, sedang minum. Dia kemudian menghunus pedangnya dan berkonsentrasi. Dengan firasat yang menyenangkan, lilin padam satu persatu, dan Chun roboh di lantai.
Beberapa saat kemudian ia duduk bersama dengan Ji di sebuah meja, dan In datang untuk memberitahu mereka kalau Gwang Taek telah kembali. In berkata kalau ia bermaksud untuk memberikan ucapan selamat datang. Chun bertanya pada In sejak kapan ia menyambut seseorang dan memberinya ucapan selamat datang.
Jij duduk di hutan bambu melihat pada beberapa kuntum bunga dan merenung …
Flashback …
Kita kembali ke masa muda dari Ji, Gwang Taek dan Chun. Chun hanya sedikit kurang rapi dan dengan jubah hitam yang lebih elegan, Ji dengan hiasan rambut yang indah. Ji mengatakan kalau ia telah bosan dan muak dengan semua pembunuhan. Chun menyahut kalau ini sudah menjadi takdir dan jalan yang telah mereka pilih. Ji memberitahunya kalau ia ingin berhenti dan tidak akan menunggu Chun. Chun bertanya padanya siapa yang telah merubah pandangan matanya.
Tak lama kemudian kita melihat Ji mengadakan pertemuan dengan Gwang Taek di sebuah tanah lapang, dan Chun menyaksikannya dari kejauhan. Kemudian Chun mengkonfrontasi Ji, bertanya padanya mengapa, mengapa orang itu bisa Gwang Taek? Dan inilah mungkin pertama kalnya tampangnya terlihat seperti telah dikhianati.
Selanjutnya kita lihat Gwang Taek dan Ji, bergandengan tangan , berlari turun ke dermaga, dan dihadang oleh Chun. Chun menghunus pedangnya, tapi sebuah lirikan dari Ji membuat Gwang Taek membatalkan niatnya untuk menghunus pedang.
Lebih banyak pembunuh gelap datang, dan Chun memberitahu Ji dan Gwang Taek untuk pergi. Chun menghadang jalan dari para pembunuh gelap yang lain, dan ia dilawan oleh seorang pria, yang berteriak padanya. Chun menjawab kalau tidak ada seorangpun yang boleh bertarung dengan kedua orang itu, seperti pernyataan “pria ini adalah targetku”.
Lebih banyak pembunuh gelap datang, dan Chun memberitahu Ji dan Gwang Taek untuk pergi. Chun menghadang jalan dari para pembunuh gelap yang lain, dan ia dilawan oleh seorang pria, yang berteriak padanya. Chun menjawab kalau tidak ada seorangpun yang boleh bertarung dengan kedua orang itu, seperti pernyataan “pria ini adalah targetku”.
Ji berhenti di ujung dermaga dan menghunus pedangnya, dengan airmata di matanya, dia memberitahu Gwang Taek kalau dia tidak dapat pergi lebih jauh lagi dengannya, takdir mereka berhenti sampai di sini. Dia kemudian berbalik dan berjalan ke mana Chun telah berlutut di hadapan yang lain untuk menyerah.
Kemudian Chun dihukum dan disiksa, dan Ji mengguyurkan air ke atasnya. Chun bertanya padanya apakah ia bersungguh-sungguh ingin pergi. Ji tidak menjawabnya dan pergi begitu saja.
Kembali ke masa kini, di hutan bambu, Chun datang untuk duduk di samping Ji. Dia memberitahu Ji kalau jantungnya telah berhenti berdetak jauh di masa lalu. Dia kemudian menaruh tangannya di pundak Ji, dan memberinya senyuman tipis pada Ji. Ji kemudian membaringkan tubuhnya dan menaruh kepalanya di pangkuan Chun dan menangis.
No comments:
Post a Comment