Judul : Warrior Baek Dong Soo |
Episode 09
Kita mundur sedikit dari adegan terakhir sebelum ini, ketika Dong Soo, Un dan Cho Rip berkelahi dengan skuad pengawal Istana yang dalam pelatihan. Komandan Im datang dan melihat kalau ketiga pemuda itu menyapu habis semua skuad prajurti yang tergeletak di tanah. Selain menggunakan seni bertarung yang standar, Dong Soo menggunakan sebuah hopae dari jubahnya, dan mulai menggunakannya sebagai senjata seperti yang telah ia lihat saat Gwang Taek menggunakannya. Sementara Un menggunakan jarum akupungturnya. Chun menggunakan pedang telanjang Un sebagai senjatanya.
Ketika kedua belah pihak akan bertarung dengan menggunakan pedang yang seusunggunya, Komandan Im segera memerintahkan mereka untuk berhenti. Myeong Ju bertanya bagaimana bisa ketiga bocak itu diijinkan untuk bergabung karena mereka tidak mengikuti ujian ataupun berlatih bersama dengan mereka semua. Komandan Im mengklaim bahwa mereka dibebaskan dari mengikuti ujian sebagai pengikut dari pejabat yang dikecualikan. Sa He berkeberatan, karena ia juga dibebaskan tapi masih harus mengikuti pelatihan ini, jadi ini tidak adil. Im setuju kalau Sa Hae pendapatnya memang benar dan mengatakan kalau ia akan mendiskusikan ini dengan komandan yang lainnya.
Sementara itu, Ji Sun sampai di kediaman Sa Mo. Ia memberi salam pada Gwang Taek dan Sa Mo, meminta maaf karena telah membuat mereka dalam situasi yang sulit dengan dirinya berada di tempat itu. Sa Mo merasa iba karena berpikir Ji Sun menjadi seorang biarawati karena ia pikir Ji Sun sungguh akan menjadi istri yang cocok bagi Dong Soo.
Im bekerja sama dengan komandan yang lain dan ketiga pemuda itu apa yang harus mereka lakukan pada ketiganya. Dia juga bertanya di mana Dong Soo mempelajari teknik bertarung hopae-nya. Dong Soo mengatakan kalau ia mempelajarinya hanya dengan melihat Gwang Taek melakukannya beberapa kali. Im kemudian menyuruh mereka pergi untuk memutuskan apa yang akan dilakukan. Dia memberitahu para pejabat bawahannya bahwa hanya seseorang yang sangat berbakat saja dapat mempelajari teknik bertarung hopae hanya dengan melihatnya beberapa kali saja, dan mengatakan kalau ia membutuhkan setahun untuk mempelajarinya.
Im memberitahu para magang yang dikumpulkannya kalau secara normal mereka akan dipilih untuk tugas mereka berdasarkan hasil ujian mereka. Karena ketiga pemuda itu tidak mengikuti ujian, mereka akan dikirim ke posisi yang terendah, untuk menjadi pengawal menara suar. Sementara itu Un menerima ini sebagai sesuatu yang filosofis, Dong Soo merasa tersinggung, dan Cho Rip hanya ingin seseorang menjelaskan padanya, apa sebenarnya pengawal menara suar itu.
Im, di lain pihak, melaporkan ini pada Pangeran bahwa ia menugskan mereka sebagai pengawal menara suar. Tapi bukan pengawal sembarangan. Mereka akan ditugaskan di menara suar tertentu, yang membuat mereka nantinya akan mengerti. Im juga memberitahu Pangeran kalau Gwang Taek sudah kembali dan sekarang sedang berada di kediaman Sa Mo. Pangeran meminta agar Gwang Taek datang menemuinya.
Saat Ji berjalan di kota, dia melihat gambar dari Jin Ki yang dijadikan buronan. Dia segera pergi menemui Tuan Hong dan bertanya mengapa ia tidak menunggu seperti yang telah disetujui sebelumnya. Tuan Hong memberitahunya untuk membawakah kepala dari Jin Ki. Sebaliknya, dia mengeluarkan pedang patah Jin Ki. Ketika utusan Qing bertanya bagaimana mereka tahu kalau itu adalah pedang dari Jin Ki? Kita sedikit kilas balik, sedikit menjelaskan mengapa Tuan Hong selalu menyebut Jin Ki sebagai pengkhianat. Jin Ki berpakaian hitam dan sedang membantai beberapa pengawal dari Tuan Hong. Dia selesai dengan melambaikan pedangnya di hadapan Tuan Hong, yang dengan jelas mengingat pedangnya.
Jij memberitahunya bahwa Jin Ki sebenarnya membunuh dirinya sendiri dengan api setelah Ji mengalahkannya, jadi gulungan yang dicuri itu juga terbakar dalam kebakaran itu. Keduanya, sang utusan dan Tuan Hong bertanya apakah itu benar, dan itu sebagian benar, karena Ji telah memerintahkan Jin Ki untuk membakar gulungan itu dan Jin Ki melakukannya kemudian. Tapi Ji menjamin pernyatannya itu dengan hidupnya.
Kembali ke rumah Sa Mo, Gwang Taek memberi Sa Mo sebuah buku yang mencatat dengan detil berbagai macam seni bertarung yang telah disusun olehnya, 18 jenis banyaknya. Sa Mo meminta semacam demonstrasi, tapi Gwang Taek menyahut kalau ia tidak dapat mempertunjukkan banyak dari seni bertarung itu hanya dengan satu tangan saja. Jin Ju datang dan Sa Mo memperkenalkannya sebagai anak gadis dari si pengkhianta Jin Ki. Jin Ju memprotes, mengatakan kalau ayahnya bukanlah pengkhianat, dan memberi salam pada Gwang Taek. Sa Mo memberitahu Gwang Taek kalau Jin Ju selalu mengintil Dong Soo kemanapun, yang mana sekali lagi Jin Ju protes bahwa mengintil itu bukanlah kata yang tepat. Sa Mo bertanya apakah ia kemari untuk menemui Dong Soo lagi, dan Jin Ju mengatakan kalau ia hanya lewat dan mampir, kemudian segera berlari tergesa-gesa.
Dalam perjalanannya ke rumah, dia melihat kediaman Tuan Hong dan mengincarnya sebagai sebuah rumah orang kaya. Dia masuk ke dalam sebagai seorang penjual, dan mendapatkan perhatian dari Lady Hong, yang tertarik dengan parfum. Daripada parfum, Jin Ju bersenjatakan dengan sebuah parfum yang membuat orang tidak sadarkan diri, dan ketika Lady Hong pingsan, Jin Ju segera berkeliling ruangan dan mencari benda yang bisa dicurinya. Dia kembali ke rumah dan menemukan dirinya terpergok oleh ayahnya telah keluar untuk mencuri lagi.
Ketika Jin Ki memarahi Jin Ju, tanpa mereka ketahui bahwa Chun telah menguntit Jin Ki, dan sedang bersembunyi di atap ruman mereka, untuk pertama kalinya melihat Jin Ju.
Ketiga pemuda itu meninggalkan Istana untuk mendaki menuju ke pos penjagaan menara suar di mana mereka telah ditempatkan. Pada dasarnya mereka hanya memiliki sedikit tenda untuk berteduh dan tungku batu untuk digunakan jika perlu. Mereka bertemu dengan Seo Yu Tae, penjaga menara suar itu. (Seo Yu Tae adalah bekas komandan perbatasan, di mana telah diturunkan pangkatnya karena insiden dengan utusan Qing, sehingga Raja memutuskan untuk menghukum Pangeran dengan menurunkan pangkat semua orang yang ia temui, termasuk dengan Seo Yu Tae ini.)
Yu Tae memberitahu tugas mereka adalah untuk terus mengganti tumpukan kayu bakar dan menjaganya agar tetap kering, untuk mengumpulan kotoran serigala dan menaruhnya di tempat obor. Un, terbiasa teratur, bertanya apakah kayu bakar itu harus diganti setiap hari. Yu Tae menjawab hanya jika tidak hujan. Dan jika mereka tidak dapat menemukan kotoran serigala, maka mereka harus mencari kotoran binatang lain yang ada, bahkan juga kotoran mereka kalau perlu …. hueekk ….
Dong Soo bertanya padanya berapa lama ia telah ada di menara suar ini, dan Yu Tae menjawab 30 tahun. Dia mengatakan kalau ia ditugaskan di sini ketika ia masih seorang yang baru lulus ujian dan begitulah, ia sekarang ada di sini. Don gSoo bertanya lagi apakah ia pernah mengambil ujian selanjutnya. Yu Tae menjawab tentu saja, tapi bagaimana ia bisa mengalahkan seseorang yang mendapatkan dukungan dari para pejabat? Dan bukan hanya itu, katanya, jika mereka gagal melakukan tugas mereka di menara suar maka mereka akan segera dieksekusi. Yu Tae kemudian menyuruh mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Dia juga seakan-akan memberikan semacam pikiran pada mereka bahwa ia mungkin tahu cara untuk melalui ujian selanjutnya, dan membuat mereka bekerja dengan giat.
Kembali ke markas Hoksa Chorong, Chun dan Ji sedang berdiskusi apa yang harus mereka lakukan terhadap In, yang mabuk-mabukan dan membuat kekacauan. Ji memberitahunya untuk melakukan apapun yang ia mau terhadap In, tapi bertanya mengapa Chun kelihatannya berubah. Dia memberitahu Ji bahwa ia telah bertemu dengan Gwang Taek. Dia juga bertanya apakah Ji ingin bertemu dengan Gwang Taek, dan mengusulkan agar Ji mengunjunginya.
In menghampiri mereka dan meracau mengenai keinginannya untuk membacok Gwang Taek berkeping-keping. Chun dengan kalem bertanya kebaikan apa yang akan ia dapatkan? Bertindak rasional dan tidak demi kepentingan pribadi adalah peraturan dasar mereka, jadi apa yang ingin In lakukan, tanyanya.
Ketiga pemuda itu melakukan tugas sehari-hari mereka, dan kadangkala melamun dan termenung di sela-selanya, saat itulah Yu Tae mengirim Dong Soo ke sebuah gua untuk mendapatkan beberapa kimchi.
Dong Soo menemukan gua itu dan masuk sampai ke belakang gua di mana kimchi itu berada. Ketika ia mengeduk keluar kimchi itu, dia menjadi ngeri, ternyata ia menarik keluar seekor ular! Dia segera melemparkannya, tapi ular itu menggigit lengannya ketika ia mengambil obornya. Dia mengangkat tinggi obornya dan menjadi terkejut setengah mati karena melihat lantai gua itu penuh dengan ular. (“Ular! Mengapa harus dipenuhi dengan ular?”)
Dia segera pulang kembali, dengan kimchi di tangannya, dengan perasaan yang buruk. Dia menuduh Yu Tae yang pasti mengetahui kalau ada ular di sana, yang mana Yu Tae mengakuinya. Itu adalah gua yang bagus dan dingin, sangat cocok untuk kimchi bertumbuh dan ular berdiam. Ketika ia bertanya apakah Dong Soo tergigit, dia menyangkalnya, karena telah membual bagaimana ia begitu ahli dalam menghadapi ular. Dong Soo mengelum kalau mereka sama sekali belum makan daging, sangat sulit untuk tetap kuat hanya dengan sayur-sayuran belaka. Yu Tae mengatakan padanya untuk pergi mencari daging jika ia menginginkannya.
Dong Soo segera bangkit berdiri, mengatakan, “Baiklah, aku akan menangkapnya dan kau tidak akan mendapatkan sedikitpun!” ahahaha … Dong Soo pergi keluar untuk berburu dan berhasil memanah jatuh seekor elang, membersihkan bulu-bulunya, dan membawanya kembali untuk di makan. Sementara itu, gigitan ular yang dideritanya semakin memerah dan membengkak tampak memburuk.
Di lain pihak, Un keluar mengawasi langit dan bersiul berulang kali … Uh Oh! Ketika ia kembali, Cho Rip memberinya daging sisa. Ketika ia memakannya, ia diberitahu kalau itu bukanlah ayam, itu daging elang. Dan tampaknya itu adalah elang pembawa pesan yang dinanti oleh Un. Un yang malang! Dia tampak kelihatan mual ketika menyadari bahwa ia sedang memakan elang pembawa pesan milik Chun. Dong Soo menunjukkan padanya apa yang tersisa dari pesan itu, “Bunuh!”
Dong Soo mulai tampak sangat sakit, dan Un melihat bekas gigitan ular di lengan Dong Soo. Dong Soo kemudian roboh tidak sadarkan diri, dan Cho Rip berhasil mencegah Yu Tae yang akan mengamputasi lengan Dong Soo. Un merasa bingung dalam pikirannya mengenai pesan “bunuh”, seseorang yang tidak disebutkan lawan kenyataan bahwa sebelumnya Dong Soo telah berhasil menangkis pedang kayu dengan tangan telanjang, mencegah Gwang Taek memukul Un. Un mengambil pisau dan membelek tempat gigitan ular, kemudian menghisap keluar racun ular dan meludahkannya keluar beberapa kali.
Kembali ke markas Hoksa Chorong, In masih minum-minum. Chun menegurnya, tapi In masih mengasihani dirinya sendiri. Chun memperingatkannya untuk tidak mengacau lagi, ini adalah peringatan yang terakhir kalinya.
Gwang Taek sampai ke Istana untuk menemui Pangeran Mahkota. Dia memberi buku kumpulan seni bertarung nya pada Pangeran Mahkota. Pangeran Mahkota menawari Gwang Taek sebuah jabatan di Istana, tapi ditolak oleh Gwang Taek, dan mengusulkan bahwa Komandan Im adalah kandidat yang lebih baik. Saat mereka bercakap-cakap, ia mendengar ada seseorang sedang mengendap-endap di luar. Komandan Im segera memergoki seorang dayang di sana, yang mengatakan kalau ia diutus untuk membawa Gwang Taek menemui Raja.
Gwang Taekmengunjungi raja, yang juga menawarinya berbagai jabatan. Gwang Taek menolak, mengatakan kalau yang ia inginkan hanya menikah dan menjalani kehidupan yang tenang. Tapi ternyat, sang dayang juga melaporkan kehadiran Gwang Taek di Istana kepada Tuan Hong.
Un selesai melakukan perawatannya terhadap Dong Soo, dan mereka menunggu Dong Soo untuk sadar kembali. Yu Tae bertanya padanya mengapa ia tidak mengatakan apapun mengenai gigitan ular itu, dan Dong Soo menjawab kalau ia telah membaca mengenai berbagai macam racun, termasuk racun ular, dan sejauh yang ia tahu, ular jenis itu tidak beracun. Yu Tae memberitahunya aklau ia telah membaca buku yang salah….. ahahahhaha ….
Di markas Hoksa Chorong, In masih setengah mabuk dan kacau. Chun menghadapinya dan In membuat kesalahan dengan terus meracau dan menghunuskan pedangnya ke arah Chun. Chun menangkis pedangnya dan ketika In meminta pengampunannya, mengatakan kalau ia tahu bagaimana caranya untuk menangkap Gwang Taek, Chun memberitahu In agar tidak menyalahkan dirinya untuk ini, dan menebasnya dengan pedang.
In roboh dan Chun memberitahu anakbuahnya untuk membersihkan semuanya. Mereka membuang tubuh In di lumpur, tapi In masih hidup, bersumpah ia tetap akan bertarung meskipun tidak memiliki anggota tubuh sama sekali.
Komandan Im melapor pada Pangeran Mahkota bahwa Ji Sun tinggal dengan Jang Mi, dan ia telah berhasil menemukan bagaimana caranya untuk melenyapkan tato itu. Dia telah mendengar seorang gisaeng yang tahu caranya.
Jin Ju, yang masih dikurung, menyusup keluar dari jendela dan pergi ke kota, ketika ia berpapasan dengan bawahan Tuan Hong yang sedang memukuli seorang anak kecil karena telah melanggar Lady Hong. Ketika Jin Ju akan membantu gadis kecil itu, bawahan itu melihat tandu Ji Sun dibawa ke Istana, dan melihat Ji Sun akan menemui Pangeran Mahkota. Pangeran memberitahu Ji Sun kalau ia akan menyuruh seorang pelukis untuk menjiplak tatonya, dan kemudian seseorang akan menghilangkan tato di punggunya dan ini akan membebaskan Ji Sun dari bebannya selama ini.
Chun mendapatkan laporankalau tubuh In telah hilang, jadi kemungkinan besar ia masih hidup. Chun mengambil kejadian itu secara filosofis, berujar bahwa itu adalah takdir In yang masih tetap ingin hidup. Diingatkan mengenai takdir, Ji berhenti memainkan alat musiknya dan memikirkan Gwang Taek.
Sang pelukis muncul di Istana, tapi dia bukanlah orang yang diminta oleh Pangeran sebelumnya. Pelukis ini, Kim Hong Do, mengatakan bahwa tetuanya sedang sakit dan mengutusnya, dan meyakinkan sang Pangeran mengenai kesetiaannya. Dia kemudian memulai pekerjaannya untuk menjiplak tato itu.
Kalian pasti ingat khan dengan Kim Hong Do? Dia adalah Kim Hong Do yang sama yang menjadi tokoh utama di Painter Of The Wind!
Bawahan Tuan Hong melapor bahwa yang ia temukan selama ini mengenai latar belakang Ji Sun adalah ia telah berpindah-pindah dari satu kuil ke kuil lain selama 10 tahun belakangan ini, dan bahkan juga pernah ke Qing. Tuan Hong memikirkan hal ini dan menyadari kalau waktu 10 tahun ini cocok dengan waktu kejadian penyerangan atas Tuan Yoo dan anak gadisnya.
Kim Hong Do memerlukan waktu beberapa saat, dan berhasil membuat bukan hanya satu tapi tiga peta. Dia menjelaskan pada Pangeran bahwa ini kelihatannya adalah rahasia di balik tato itu. Pangeran kemudian melihat peta itu dan menyadari badai di masa depan yang mengancam masa depan Joseon ….
No comments:
Post a Comment