Thursday, October 20, 2011

Sinopsis "Warrior Baek Dong Soo" Episode 1

Judul : Warrior Baek Dong Soo
Episode : 01 | 02 | 03 | 04 | 05 | 06 | 07 | 08 | 09 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |

Sinopsis 01


Tahun 1743, dan Pangeran Mahkota Sado  sedang berkuda dengan cepat diiringi oleh para pengawalnya, menuju ke tempat di mana terdapat monumen Samjeondo, yang didirikan oleh Kaisar Qing.


Ia kemudian menghajar monumen itu berulangkali dengan pedangnya dan meruntuhkan monumen itu. Pangeran Sado bercita-cita ingin membuat Joseon yang kuat, tapi peristiwa ini justru menjadi kesempatan bagi Faksi Noron dan duta besar Qing untuk menyerangnya. Bagaimanapun juga, karena ia adalah Pangeran Mahkota  maka serangan itu tidak mempan, namun hasilnya Pengawal Pribadiny, Baek Sa King, menjadi kambing hitam dan dijatuhi hukuman mati sampai ke 3 generasi selanjutnya


Seorang pria berkuda dengan cepat melalui padang rumput yang luas,  mengambil pedang di tanah (entah dari mana tuh pedang???), dan beberapa puluh meter di hadapannya tampak seorang berkuda, berpakaian hitam, dengan gagak di pundaknya berusaha untuk menghalangi jalan pria pertama. Pria pertama itu adalah Kim Gwang Taek, dengan julukan Malaikat Pedang Joseon, pendekar pedang nomer 1. Dan pria berpakaian hitam yang menghadangnya adalah Chun, yang ingin mengulur waktunya.

 
 

Begitulah, akhirnya keduanya berhadapan dan segera melakukan pertarungan yang dahsyat. Chun mampu mengimbangi gerakan-gerakan dari Gwang Taek, namun masih sedikit terdesak. Mereka bertarung begitu lama dan tetap seimbang.

 

(hehehe, yang ngikutin Huh Joon pasti tahu dong siapa si Gwang Taek ini? … yup dia adalah Jun Kwang Ryul, pemeran Huh Joon!)


Sementara itu di tempat lain, Baek Sa King sedang digiring ke tempat eksekusinya. Beberapa rekannya berkumpul dan sedang menunggu kedatangan dari Gwang Taek, ragu-ragu apakah mereka harus menunggunya atau melakukan penyelamatan sendiri.
Kembali ke pertarungan Gwangtaek dan Chun. Beberapa kali benturan dan serangan tak mengendurkan semangat mereka. Chun merasa kalau ia sudah cukup menunda perjalanan Gwangtaek dan menghentikan serangannya, menawari Gwang Taek minum, yang langsung saja disambar oleh Gwangtae kemudian mengembalikannya pada Chun. Chun kemudian pergi dan mengucapkan selamat tinggal padanya layaknya seorang musuh yang saling menghormati.

Sementara itu di kediaman keluarga Baek, istri Baek Sa King sedang dalam proses persalinan.
Pangeran Sado di Istana memohon pengampunan bagi Baek Sa King pada ayahnya, Raja Yeongjo.
Rekan-rekan Baek Sa King akhirnya memutuskan untuk segera menyelamatkan Baek Sa King.
Pertarungan yang seru tidak terhindarkan lagi di dua tempat… antara menyelamatkan Baek Sa King demi menghindari eksekusi dan Heuk Sa Mo yang melindungi istri Baek Sa King melawan begitu banyak prajurit.

 
Heuk Sa Mo menghadapi para prajurit polisi, bersilat lidah dengan mereka ….


Penyelamatan Baek Sa King gagal dan prosesi eksekusi dilanjutkan kembali ditambah dengan rekan Baek Sa King yang gagal menyelamatkannya bahkan tertangkap. Saat itulah Gwang Taek datang dan sendirian ia berkuda menghadapi banyak lawan demi melakukan penyelamatan. Tak disangka Gwangtae memiliki kalung Kerajaan yang memberinya “immunity” (seperti kekebalan diplomatik), yang mana akan digunakan untuk menghentikan proses eksekusi dan mendapatkan pengampunan bagi Baek Sa King. Tapi ternyata ada satu dilema, jika kehendak Raja ditentang maka bisa jadi itu justru akan mengancam posisi Pangeran Mahkota Sado.


Baek Sa King akhrinya mengusulkan kalau ia akan berkorban dan pengampunan itu digunakan untuk Jang Dae Pyo, seorang rekannya yang tertangkap saat akan menyelamatkannya. Sebagai permohonan terakhirnya, ia meminta agar istri dan anak yang dikandungnya agar dapat diselamatkan, dan ia meminta agar Gwang Taek nanti mengasuh anaknya itu.


Di lain tempat, Heuk Sa Mo bertarung dengan para prajurit polisi yang akan menangkap istri Baek Sa King. Ia menghadapi In, yang tingkahnya sangat aneh, yang maju atas perintah dari kepala polisi.


Mereka bertarung sejenak, tapi Gwang Taek datang dan menyuruh Sa Mo untuk menyelamatkan istri Baek Sa King. Sa Mo tahu kalau ia harus menyelamatkan keturunan terakhir dari Baek Sa King, segera saja berlari ke dalam untuk menyelamatkan si wanita yang masih dalam proses persalinan.
Gwang Tae menghadapi In, saling bertarung  mulut dan akhirnya dengan pedang.


Gwang Taek dengan mudah mengalahkan In, memotong ibu jarinya dan mempermalukannya. Sebagai hasilnya, para polisi semakin gencar  dalam mencari wanita hamil itu, dengan tujuan untuk membasmi keturunan terakhir dari Baek Sa King.

 

Di kegelapan, di sarang kejahatan yang diterangi nyala lilin, seorang wanita, Ji, sedang melakukan pertemuan dengan pejabat Qing untuk melaporkan kegagalannya mencari sebuah buku yang mencatat “War of the Northern Ecpedition” ( Buku Perang dari Ekpedisi ke Utara). Tampak Chun mengawasi dari kegelapan, mendengarkan percakapan mereka.

 

Ketika pejabat itu semakin congkak, Chun menampakkan dirinya dan membantu Ji, menunjukkan betapa sulitnya mencari sesuatu yang “mungkin saja” ada. Dia berjanji bahwa selama dia masih ada maka tidak akan ada ekpedisi yang menyerang utara (Dinasti Qing).


Sa Mo membawa istri Baek Sa King ke desa Banzi untuk besembunyi, dan Dae Pyo datang dengan membawa mayat Sa King.
Saat mereka menguburkannya, Pangeran Sado datang untuk memberi penghormatan terakhirnya.

 

Sementara itu, atas perintah atasan mereka, para polisi mengumpulkan semua wanita yang sedang mengandung dan yang baru melahirkan beserta bayinya, berusaha menemukan keluarga yang bersembunyi itu. Tapi tentu saja mereka tidak menemukannya.
Akhirnya istri Baek Sa King berhasil melahirkan anaknya, tapi ternyata bayi berkelamin laki-laki itu tubuhnya cacat dan kemungkinan besar bisa mengalami kelumpuhan. Sang ibu memberitahu Gwang Taek kalau anak ini harus dinamakan Dong Soo, kemudian ia mati dengan memegang sebuah baju untuk anaknya. Gwang Taek sangat bersedih, karena tidak bisa memenuhi salah satu janjinya pada Sa King.

 

Ternyata para prajurit polisi berhasil menemukan tempat mereka,  dan dengan mengerahkan banyak orang, mereka mengepung tempat di mana pengasuh, sang bayi, Sa Mo, dan Gwang Taek. Gwang Taek  segera memerintahkan Sa Mo untuk lari dengan bayi itu sementara ia menahan para prajurit.  Tapi pasukan terlalu banyak sehingga Sa Mo saja yang dapat melarikan diri. Gwang Taek, si bayi, dan pengasuhnya tertangkap.


Keesokan harinya, sebuah gentong besar yang berisi air mendidih berdiri di dekat tempat eksekusi. Gwang Taek dituduh membantu para pemberontak untuk melarikan diri sehingga ia akan menghadapi eksekusi. Si bayi juga ada di sana, dan diputuskan kalau ia akan direbus hidup-hidup … kejam amat nih orang …. Bahkan para pejabat lainnya yang bertanggungjawab untuk melakukan eksekusi mendapati ini terlalu sadis dan mengerikan, tapi petugas yang membawa bayi itu sudah siap untuk melakukan eksekusi itu tanpa mempedulikan permohonan yang lainnya kecuali pimpinannya.


Penyelamatan tiba! Pangeran Mahkota Sadu datang tepat pada waktunya! Dengan perintah Raja yang mengampuni kesalahan Gwang Taek!


Sebaliknya, ini artinya si bayi yang malang akan menjalani eksekusinya, Baek Dong Soo masih dalam ancaman direbus hidup-hidup.
Sedikit flashback, tampak Pangeran Mahkota Sado memohon pengampunan pada ayahnya tapi diberikan pilihan mengerikan siapa yang akan ia selamatkan, si bayi atau Gwang Taek, dan ia memilih Gwang Taek daripada si bayi.
(Andy: Pilihan yang paling logis menurutku karena Gwang Taek adalah pembantunya yang paling berharga sedangkan si bayi adalah seorang bayi yang tak berdaya)
Tapi Gwang Taek mengingat pesan dari Baek Sa King yang memintanya untuk menyelamatkan istrinya dan mengasuh putranya. Ia sudah merasa sangat bersalah karena tidak dapat menyelamatkan istri Sa King sehingga Gwang Taek menawarkan lengan kirinya untuk menyelamatkan si bayi.
Kepala petugas (yang sebenarnya iri dan mengandung niat jahat) sangat senang dan setuju dengan penawaran Gwang Taek. Pangeran Mahkota Sado berusaha mencegahnya tapi Gwang Taek sudah bertekad.

 

Pangeran Mahkota tampak sangat menderita karena ketidakbecusan dirinya di tempat itu dan tak dapat menyaksikan tindakan Gwang Taek yang mengorbankan lengannya.
Petugas masih membawa si bayi dan mengacungkannya ke atas gentong mendidih, mengawasi Gwang Taek yang menaruh lengan kirinya di bawah guilotin dan petugas pengeksekusi mulai melakukan tugasnya.


Pisau guilotine turun dan memenggal lengan kiri Gwang Taek ….











No comments:

Post a Comment

My Ping in TotalPing.com
Feedage Grade D rated
Preview on Feedage: web-design Add to My Yahoo! Add to Google! Add to AOL! Add to MSN
Subscribe in NewsGator Online Add to Netvibes Subscribe in Pakeflakes Subscribe in Bloglines Add to Alesti RSS Reader
Add to Feedage.com Groups Add to Windows Live iPing-it Add to Feedage RSS Alerts Add To Fwicki
Ping your blog, website, or RSS feed for Free