Latah dan Kelatahan - Orang latah selalu menjadi obyek bahan tertawaan diantara kita dan kitapun beranggapan bahwa yang bersangkutan juga ikut terhibur. Benarkah demikian? Ternyata dugaan kita itu sama sekali keliru,karena ‘latah’ ini adalah gejala dari kelainan syaraf yang dinamakan Tourette syndrome. Kelainan ini bercirikan adanya tics yaitu gerakan atau pengucapan kata berulang-ulang (repetitive) diluar kendali diri (involuntary). Tics ini memang bisa dipicu oleh ’provokasi’ orang-orang di sekitarnya. Kalau kita menggaruk pantat di depan penderita Tourette syndrome dia akan spontan mengikuti gerakan kita itu. Atau kalau kita pura-pura ’batuk’ maka dia pun akan berulang-ulang ikut batuk. Ini bukan gerakan ngebanyol tetapi betul-betul diluar kemampuan kendali dirinya.
Secara verbal penderita latah paling sering menjadi ’bulan-bulanan’ kita. Kalau kita berteriak ’monyet’ dia spontan akan meneriakkan ’monyet’ berulang kali yang dalam istilah medisnya dinamakan echolalia (jadi mirip burung beo), atau kalau kita mengagetkan dia, maka akan keluar ’kata-kata jorok’ dan ’kata makian’ yang disebut coprolalia. Dan juga ada gerakan yang berulang-ulang seperti ’memejam-mejamkan mata, menyeringai, mengangkat-angkat bahu, berdehem-dehem (meskipun tidak sedang batuk) yang disebut echopraxia. Kelainan ini ditemukan pertama kali oleh seorang dokter ahli syaraf Perancis Georges de la Tourette pada tahun 1885 pada seorang bangsawan wanita berusia 86 tahun.
Kalau ’latah’ diatas secara sempit menggambarkan kondisi medis, maka secara lebih luas ada ’kelatahan-kelatahan’ yang lain didalam kehidupan bermasyarakat kita. Mungkin memang kita secara ’intrinsik’ cenderung untuk meniru sepak terjang orang di sekitar kita. Lihatlah kalau ada film horor yang sukses, maka akan beramai-ramai dibuat film-film hantu lainnya. Atau ada idola bintang film atau penyanyi yang bahkan setelah meninggalpun masih banyak ’penirunya’. Contohnya Elvis impersonator yang bahkan sangat berbangga bisa meniru kostum panggungnya, suaranya dan gerakan pinggulnya.
Latah ini pada dasarnya memang tidak bisa dicegah, karena disini tidak berlaku hukum logika. Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan oleh beberapa kejadian bunuh diri dengan melompat dari lantai atas mal. Ini memang bukan kebetulan belaka, tetapi ada faktor copycat yang berbicara. Atau peristiwa suicide bombings ( bom bunuh diri) yang sudah seperti ’makanan sehari-hari’ dalam berita di media cetak dan elektronik. Dan juga peristiwa ’menghujat suatu buku’ di masa-masa yang lampau, yang bahkan oleh si penghujatpun belum pernah dibacanya. Inilah yang dimaksud dengan logic doesn’t speak here. Saya memandang fenomena yang ramai-ramai ’menggebuk’ (political bashing) SBY sekarang ini juga sebagai ’kelatahan’ yang memprihatinkan.
Kelatahan sering kita identikkan dengan binatang supaya kita tidak terlalu malu dan binatang yang paling cocok diberi gelar latah ini adalah burung beo ( parrot). Dia akan menirukan ucapan apa saja yang masuk ke telinganya. Tetapi nampaknya burung beo ini tidaklah sebodoh seperti sangkaan kita terbukti dalam cerita anekdot berikut ini.
Ada seorang bapak yang pergi ke tempat pelelangan dan disana sedang berjalan pelelangan seekor burung beo yang nampaknya amat eksotis. Karena memang bapak ini sangat ngebet ingin mendapatkan burung ini, dia terlibat dalam suatu pertarungan penawaran yang cukup sengit. Setiap kali dia menawarkan suatu harga langsung dibalas dengan harga yang lebih tinggi oleh lawannya. Setelah berlangsung saling menawar yang amat ketat, akhirnya si bapak ini memenangkan lelang ini. Sambil membayar harga lelang burung beo ini dia berkata kepada tukang lelang : ”Saya betul-betul berharap burung beo ini bisa bicara. Saya bakal menyesal sekali sudah keluar uang begitu banyak kalau ternyata dia nggak bisa bicara !” ”Jangan khawatir,pak”, sahut tukang lelang, ”Dia bisa bicara. Bapak pikir siapa tadi yang menjadi lawan lelang Bapak.”
Atau anekdot burung beo yang satu ini. Suatu hari seorang ibu pergi ke pet shop dan melihat ada seekor burung beo yang diberi pita merah di kaki kanannya dan pita hijau di kaki kirinya. Diapun bertanya kepada penjaga pet shop maksud dengan pita-pita itu. ”Oh ini burung beo yang canggih,bu. Kalau anda menarik pita yang merah dia akan bicara bahasa Perancis; kalau anda menarik pita yang hijau dia akan bicara bahasa Jerman,”jawab si penjaga toko. ” Lha kalau saya tarik kedua-duanya dia bicara pakai bahasa apa?”lanjut ibu itu. ”Ya gua jatuh, bego !” teriak si burung beo.
Cara Mengatasi Kelatahan
Syarat munculnya latah adalah adanya keterkejutan. Untuk mengurangi dan menyembuhkan latah, ia harus bisa menemukan ketenangan hidup. Misalnya, keluar dari rumah kalau orang tuanya kerap melakukan tekanan atau berganti bidang pekerjaan jika pekerjaannya itu membuatnya stres.Untuk menyembuhkan si latah, lingkungan memang harus berempati. Ada penderita latah yang sembuh sendiri setelah berkeluarga dan hidup tenang. Selebihnya, penderita dianjurkan melakukan latihan relaksasi, meditasi, dan konsentrasi secara rutin. Kegiatan ini akan membantu penderita menuju kesembuhan. Dan, sering-seringlah melakukan aktivitas menyenangkan yang tidak membuat stres (Dr. Rinrin R. Khaltarina, Psi., M.Si.).
Terapi puasa cukup populer di Eropa maupun AS. Kabar gembira lain, hasil riset terakhir membuktikan puasa yang dijalankan secata tepat dan benar, bisa berfungsi sebagai terapi bagi penderita latah. Ini bersumber kepada fakta bakti bahwa pausa dapat membuat seseorang lebih mampu menguasai dan mengendalikan diri.
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/03/latah/
No comments:
Post a Comment